Posts

Showing posts from 2015

Garis Kita Tak Akan Pernah Bertemu, Bukan?

Lantas, apa yang harus aku lakukan saat ini? Selain pasrah dikalahkan oleh detak jam dinding yang akhirnya memecah sunyi antara kita. Tiga puluh. Sudah tiga puluh kali jarum penunjuk detik menyelesaikan tugasnya mengitari jam dinding yang terpampang jelas bahkan dari sudut mataku. Lidahku kelu; disaat yang tidak tepat. Kuulang lagi sederetan kalimat yang telah kususun sejak 2 hari lalu ketika aku akhirnya dengan tekad yang di-bulat-bulat-kan mengajakmu pergi. "Pasti bisa!" Bodoh! Tak ada hal yang lebih bodoh dari apa yang barusan aku lakukan. Alih-alih menyemangati diri, nyaliku malah semakin ciut ketika dia dengan kening berkerut bertanya "Apa? Pasti bisa apa?" "Eng.. ada yang ingin aku bicarakan." Tiba-tiba ada dorongan besar dari dalam diriku untuk mengatakannya. Kupastikan lagi bahwa apa yang barusan kukatakan adalah keputusan yang tepat dengan menghitung kancing kemeja yang kukenakan. "Bilang." "Ngga." "Bilan

Siapa Yang Paling Mampu Bertahan?

"Aku sengaja mencarimu, diantara tumpukan buku yang ceritanya tertulis dengan rapih setiap harinya. Ternyata masih ada kamu disana; walau tak tersurat dengan sempurna, walau kisahnya tak seindah dulu. Ah, iya! Aku lupa menanyakan sesuatu: "Apa kabar?" Kabarku? Aku masih belajar, bahkan sampai detik ini. Kakiku masih lemah, belum cukup kuat menopang tubuhku yang semakin hari semakin berat, menopang hati yang dindingnya sudah terlalu tebal. Terkadang, hidup se-sok-tegar itu, berusaha tetap berdiri tegap walau badan digerayangi beban. Sayangnya, aku tak bisa berbagi. Kamu tak ubahnya gelombang laut, mengejar gelombang lain yang ada di hadapanmu tanpa tahu gelombang lain juga sedang berusaha menggapaimu. Aku tak ubahnya kapal tanpa kapten. Bergerak mengikuti arus air, tanpa tahu dimana akan berlabuh, mencoba sekuat mungkin bertahan diatas hempasan gelombang laut yang saling mengejar. Kita berada di tempat yang sama, namun tak lagi se-tujuan. Kamu b

Berbeda

Apa yang kau tau tentang duniaku, Tuan? Bertingkah laku seolah kau sudah tau banyak hal, mengatur semuanya sedemikian rupa, tanpa ada lagi kauingat bahwa aku masih harus terlibat. Bersatukah dua orang insan jika mereka sama-sama memegang kendali? Bersatukah dua orang insan jika mereka mempunyai tujuan yang berbeda? Kau selalu seperti itu, Tuan. Mengambil alih kendali semaumu tanpa kau tanyai aku. Seolah bertanya mauku adalah hal tersulit dalam hidupmu. Lantas, kemana akan kita kembangkan layar ini? Ke sisimu atau ke sisiku? Napasku sudah hampir habis, tak ada lagi kutemukan harap di dalamnya. Senyumku getir setiap kali mereka bilang aku adalah wanita paling bahagia karena memilikimu. Mungkin. Mungkin iya aku wanita paling bahagia di dunia, tapi itu dulu, saat namaku masih menjadi napasmu, saat kakimu tak akan pernah melangkah ketika tak ada aku disisimu, saat belum kutemukan namanya yang ternyata masih menemani tidurmu.

Terperangkap

Hatinya penuh bunga, bunga mawar. Yang ketika kau ingin menikmati keindahannya, kau harus rela sakit tertusuk durinya terlebih dahulu. Hatinya cantik seperti bunga, hanya saja dibentengi oleh sikapnya yang kurang peduli. Ia pernah terluka dulunya, ketika ia membiarkan siapa saja mendekatinya, tanpa tau maksud jahat yang mereka bungkus rapi dengan segala senyum manis mereka. Lama-kelamaan, senyum itu berubah menjadi seringai, dan ia tak sadar sudah terjebak. Berada di dalam perangkap orang yang dia pikir akan menjaganya dengan tulus, ternyata ia salah besar. Mereka hanya kesepian, mereka penasaran dengan hati yang cantik itu, lantas mereka menggunakan berbagai cara untuk menaklukkannya. Kini hatinya sedang tak baik, yang tersisa hanyalah duri. Perempuan itu tak mengerti apalagi yang harus ia jaga dengan duri-duri itu, bunga-bunga mawar telah dicuri semuanya. Ingin ku dekap ia dalam pelukku, tapi aku hanyalah seorang pengecut, yang nyalinya lenyap diterbangkan angin malam.

Penderma Kebahagiaan

Kau seperti seorang penderma, berjalan kesana-kemari menebarkan kebahagiaan. Suatu hari, kau temukan aku telanjang dengan segala kesedihanku. Kau, seorang penderma tadi, menghampiriku. Kau ulurkan tanganmu hingga aku melihatmu dengan mata sayu. Tidak, aku tak akan percaya, hatiku sudah terlalu rapat kukunci untuk kemudian kubuka lagi. Keesokan harinya, kau datang lagi, seorang penderma kebahagiaan yang berjalan-jalan untuk menemukan siapa yang membutuhkan pertolongan. Kau temukan aku lagi, kau ulurkan tanganmu, namun responku tetap sama. Tanganmu kuanggap sama dengan tangan mereka yang lain. Hingga hari kelima, kau datang lagi, kau ulurkan tanganmu dan entah kenapa, aku menyambut tangan itu dengan getaran hebat di sekujur tubuhku. Kau bawa aku pulang, memakaikanku busana bernamakan kebahagiaan. Aku terhanyut begitu rupa, menikmati kasihmu yang kian hari kian manis. Senyumku tak lagi terkontrol, bahagiaku mengalir deras di setiap pembuluh darahku. Hingga suatu hari, aku tersad

Berbagi Kisah di Jarak yang Berbeda

Sebentar lagi semuanya akan kembali berjarak, ribuan kilometer jauhnya. Kisah kita akan ditulis dari dua tempaf yang berbeda, yang entah berapa ratus hari lagi akan disatukan. Sedihku baru saja akan dimulai. Dimana harapan, rencana, dan angan-angan memang tak selalu harus terkabul, di titik itulah aku harus kembali menata hati, demi dia yang sudah lebih dulu sakit hatinya. Hari ini aku akan kembali. Membawa lagi ujung benang yang ternyata harus kita bentangkan lagi. Tak ada yang akan menduduki kursi kosong yang telah kusediakan untukmu dari jauh hari. Akan kulewati jalan-jalan sendirian, menapakkan kaki di tempat dimana aku  telah menyiapkannya untuk kita lewati. Hari ini aku akan pergi, membawa kembali rasa yang ku tata rapi di dalam jiwa. Hanya kali ini saja, setelah ini, bawa aku dalam doamu, agar tak ada air mata pengiring langkahku. Aku pergi, membawa janji bahwa akan kujaga diriku sebaik dan sekuat yang aku bisa; untuk kamu. Katamu, kamu ingin mengikutiku kemanapun aku pergi

Awal Perkenalan

Sudah ku kenal dia , sejak lama . Waktu itu , kami berkenalan tanpa sengaja . Dia mencuri pandanganku , begitupun denganku . Tak ada yang salah dengan perkenalan kala itu , semuanya berjalan baik , sebagaimana mestinya . Tegur sapa kerap kali menjadi penghuni bibir . Senyum ? Tak perlu tanya lagi , pasti ! Waktu terus bergulir , menghanyutkan kita dalam rasa yang tak pernah kita ciptakan sebelumnya . Senyumku menjadi milikmu , senyummu menjadi milikku , seutuhnya . Hingga akhirnya dengan sadar , " di jaga baik-baik , yah.", kita bertukar hati .

Thanks July. Thanks love ❤

Banyak sekali moment yang kita lewati bersama selama hampir sebulan ini, terlebih lagi kali ini melaluinya tidak hanya lewat telepon seperti bulan-bulan sebelumnya. Aku bisa melihat reaksimu secara nyata, aku bisa menemuimu dan memeluk tubuh hangatmu kapanpun aku mau. Itu yang kita harapkan selama ini, bukan? Seperti biasa, bagiku, Juli adalah bulan yang memang selalu punya ceritanya tersendiri. Berpisah selama berbulan-bulan, merajut kasih di tempat yang berbeda, tentu bukan hal mudah untuk kita. Bayangkan saja, kita hanya melepas rindu via suara, terkadang via video call. Bulan Juli tahun ini, aku merasakan banyak hal yang luar biasa telah kita lewati bersama. Juli teach me how love contain goods and bads, bukankah memang seperti itu adanya? Juli teach me how someone you love can strenghten and help you up from your brokenness. Thank you for being there, by my side. Thank you for your biggest smile that you give walaupun keadaanmu tak selalu baik. I thank God for you and July,

Jangan sedih lagi, ya?

Tak ada maksud buruk dalam tulisan ini, tidak. Aku tidak sedang mengungkit lagi rasa sedihmu. Tidak pula sedang berusaha mengingatkanmu akan segala rasa sakit yang sedang kaurasakan. Aku, hanya ingin berbagi rasaku. Bibirku kelu, aku seperti seorang bodoh yang tak mampu menghiburmu. Yang dapat ku lakukan hanya melipat tangan untuk berdoa, merentangkan tangan kemudian mendekap untuk memeluk tubuhmu yang sedang rapuh. Aku tahu, tanpa harus kamu jelaskan sakitnya. Aku pun sama. Hanya saja, kali ini rasanya aku harus mengalah. Mengalah untuk menyingkirkan dulu rasa sakitku untuk merasakan sakitmu bersama-sama. Jika ada mesin penghitung kata dalam doa, entah sudah berapa banyak kata yang keluar dari mulutku, entah itu untuk sekedar bercerita sambil tersipu malu, ataupun menangis tersedu-sedu ketika merasakan sakit. Maafkan aku, jika aku gagal menghilangkan rasa sakitmu. Maaf, jika semua kata yang ku ucapkan tak sedikitpun mengurangi kekecewaanmu. Hanya saja, aku ingin mengatakan sesuatu

Surat Lama

5 tahun silam... Ran, sebenarnya kamu itu salah tangkap sama aku. Aku ngomong kaya gitu karena aku pikir kamu udah ndak sayang aku lagi. Makanya aku bilang, aku ndak bakal nemuin kamu lagi setelah ini. Dan yang paling mengecewakan, kemaren adalah hari yang kamu pilih untuk melepas semua kenangan kita bersama. Kecewa, hanya kata itu yang mampu mewakili rasaku saat ini. Ran, kamu tau kan, saat itu aku sangat butuh kamu? Setelah kejadian itu, aku segera pulang ke rumah, menangis tersedu-sedu, hingga sakitku kambuh. Aku berdoa kamu ada di sampingku saat itu, tapi aku tau itu ndak mungkin terjadi. Toh, kamu juga sudah memilih untuk meninggalkanku. Rasanya aku pengen mati saja, Ran. Rasanya ndak ada lagi yang bisa menghibur hatiku yang tengah kalut ini. Semuanya ninggalin aku sendirian. Maafin aku, Ran. Aku belum jadi yang terbaik buat kamu, bahkan semua orang. Makasih banyak yo, kamu udah mau ngukir kenangan bareng aku dan sempet nganggep aku yang terbaik. Aku tau, Ran, toh aku ndak p

P.S: I LOVE YOU

5 Mei Hilang semua janji, semua mimpi-mimpi indah Tak ada yang pernah memaksamu berjanji, pun demikian aku. Tak ada seorangpun yang memaksamu mengatakan apa yang tak ingin kaukatakan. Janji, yang tak pernah kuminta untuk kauucapkan, kemudian terucap dari bibirmu. Tidak, aku tidak sedang ingin mengingatkan janjimu. Bukankah sudah pernah ku katakan, jangan pernah berjanji ketika kausedang bahagia? Hancur hati ini melihat semua ini Aku tau, aku akan menjadi orang paling menyedihkan jika kusampaikan hal ini kepadamu. Aku pun tau, menulisnya di salah satu sosial media pun akan menjadi cibiran untuk sebagian besar orang. Aku hanya ingin sedikit bercerita, itu saja. Ku hanya bisa menangisi semua ini Sudah, jangan hiraukan aku. Akan ku mulai ceritaku. Malam itu, adalah malam yang sangat ku tunggu-tunggu. Bolak-balik ku cek ponselku hanya untuk sekedar melihat apakah aku melewatkan panggilan darimu. Ya, aku berharap. Tak lama setelah itu, dering teleponku berbunyi... namamu. Aku bahagi

Notes: Perkenalan

Tatkala desir angin berhembus pelan, menggerakkan dedaunan dengan lembut, posisi dudukku tidak juga berubah. Tatapanku hanya mengarah ke satu titik. Seliweran orang banyak, berlalu lalang kesana kemari, yang jujur saja tak semuanya ku pahami maksudnya, cukup membuatku merasa terganggu. Suaraku tercekat di tenggorokan. Ku rasa tak ada yang benar-benar mampu melakukan semua hal yang ku lakukan. Ah, ya. Meski sesekali dalam lubuk hati yang terdalam, inginku tetap sama: orang-orang melakukan hal yang sama dengan yang ku lakukan. Sesekali pandanganku tertutup oleh rambut yang terus menari lembut akibat terpaan angin. Bagianku hanya sebatas memandang tetap lurus ke depan sambil menyisihkan rambut yang tertiup angin. Lagi-lagi, ku rasa tak ada yang dapat melakukan hal ini selain aku.

Untuk Kamu - Kepada Kepergian, Perihal Mengikhlaskan, Tentang Melupakan - Dari Aku

Kepada kepergian , Aku tak pernah menyalahkan kehadiranmu. Aku tau, cepat atau lambat , " pergi " pasti akan hadir . Tapi , tak tahukah kamu bagaimana sakitnya menyaksikan kehadiranmu di hadapanku ? Perihal mengikhlaskan , Ku akui , aku bukanlah seseorang yang gampang mengikhlaskan , terutama mengikhlaskan kepunyaanku untuk di bawa pergi oleh kepergian . Tapi kepergian menuntutku untuk ikhlas , yang tak pernah ku tahu bagaimana caranya . Tentang melupakan , Pertama , aku tak pernah menyetujui datangnya kepergian . Kedua , aku bukan orang yang mampu mengikhlaskan segala sesuatu . Lalu , kamu memintaku untuk melupakan ? Hah! Perkara ini terlalu tinggi bagiku . Untuk kamu , yang telah menghilang karena hadirnya kepergian , yang katamu sudah mengikhlaskan dan melupakan , Sosokmu memang sedikit banyak mengajarkanku berbagai hal. Kamu membantuku berdiri di tengah rapuhnya kakiku . Kamu menopang tangank

Cardiac Disorganization

Senyum merekah ketika ku buka pintu kamar dan menemukanmu disana . Melepas rindu , ku yakin adalah cara terbaik saat ini. Mana mungkin ku sia-siakan . Ini dia pelukan yang kunantikan sejak lama , walau tak pernah ku sampaikan secara gamblang . Rasakan saja degup jantungku , seirama , hanya temponya yang sedikit bermasalah . Kamu memang pandai membuatku hampir mati karena lupa caranya bernapas . Aku mendekat , mencari-cari aroma tubuhmu yang a ku yakin sangat ku kenal . Bentangan tangan gaya memelukku tak bersambut . Kamu terkungkung dalam pigura . Untuk kesekian kalinya , aku lupa caranya bernapas .

Aphasia

Masih sendiri melayat hati yang terbaring mengenaskan , dalam ruang yang seharusnya memang menjadi tempatnya bersemayam . Duka menggerogoti seluruh tubuh , tak mampu berucap , bahkan sepatah kata pun. D uka akan tetap duka . Tak akan menjadi suka hingga penyebab duka datang memeluk . Tapi hal itu pun tak benad-benar penting . Berkorban , bagiku bukan sekedar diam memendam , tapi berusaha sekuat tenaga untuk terlihat tegar .

Musi-k-awan, Luk-a-sam

Alunan musik kini satu-satunya kawan. Mampu melantun nada tanpa kenal lelah. Sedia menjadi kekasih di sela-sela sepi yang mengintai. Kemana perginya yang lain? Menurutnya adalah bahagia berkawan musik , atau nada. Pada dasarnya orang yang dibutuhkan untuk mewarnai hari , tak akan benar-benar ada , sama seperti orang yang diharapkan membalut luka , tapi yang dipunya hanyalah tangan berlumur asam . Lantas , dipikirnya ia akan selamat . Hidup ini luar biasa . Dia pikir , musik hanyalah untuk berbahagia. Jelas tidak. Dia pikir lagi , tangan berlumur asam yang menetes di atas luka adalah sengsara . Tidak juga. Semua tergantung kebutuhan. Jika masih ingin tetap hidup, musik adalah kawanmu . Jika yang dianggap bahagia adalah mati , maka biarkan lukamu dibalut dengan tangan berlumur asam . Hanya: hidup, atau mati .

Sendiri

Kautak pernah ingin sendiri . Semua orang pun begitu. Keadaan yang memaksamu untuk menerima kemudian bersahabat dengannya . Sendiri , bahkan seorang lanjut usia sekalipun tak akan pernah mau sendirian . Mungkin , lagi-lagi mungkin . Mungkin kauhanya butuh belajar akan kesalahan yang kerap kali kaulakukan . Membiarkanmu sendiri pastilah bukan pilihan yang mudah , setidaknya untuk saat ini . Tapi kauharus , agar kaulebih menghargai kebersamaan . Tak ingin sendiri selalu kaukumandangkan , namun untuk dia yang kini sedang pergi , kautak pernah membuktikan apa-apa . Kaubenci sendiri , tapi kautak pernah menghampiri terlebih dahulu . Mungkin omonganmu adalah sebenar-benarnya omong kosong . Mungkin kesendirian yang kaumaksud tak pernah sama dengan definisi yang dipahami oleh orang banyak . Sudahlah , tak perlu menangis seperti itu . Kautahu tak akan ada yang bisa kauharapkan menghapusnya untukmu sekarang . Bersah

Mengalah

Mungkin kauterlihat marah , namun tak sepenuhnya begitu . Kauhanya berusaha menenangkan hati serta menatanya agar tak ada rasa yang berubah . Kaudiam , bukan karena benci , kauhanya sedang melihat apakah ada yang berubah setelah diammu tak sengaja berbisik di telinga dia yang kauinginkan sadar . Seringkali marah adalah pilihan paling tepat , tapi kaulebih memilih mengalah . Bukan karena kausalah dan kalah , terlebih karena kautak ingin dikuasai panasnya hati . Kauwajar saja marah , membiarkan semuanya meluap dari kepala yang kemudian kauucapkan lewat bibirmu, tapi kaumemilih untuk mengalah , walau tak dapat dipungkiri , kalimat bernada kasar tak jarang terucap tanpa mampu dikendalikan . Lagi-lagi kaumengalah; Karena kautak ingin dianggap terlalu egois oleh dia yang kauharapkan ada di sisimu . Karena kautak ingin amarah menguasai dirimu lantas memusnahkan cinta yang telah bersemayam dalam hati sela

Hey, Pahlawan!

Kalau hidup adalah perjuangan, maka usaha adalah napasnya. Hey! Aku sapa kamu dengan kata ini. Bukan, ini bukan kosakata baru yang aku temukan. Hanya saja, beberapa hari lalu ketika sedang mengusir-usir sepi, aku menemukan sesuatu tentang kata "hey". [Hey; kata yang kausebut bukan sekedar kata, namun disertai dengan makna "aku kangen kamu" yang tersembunyi] Hey, aku kangen kamu. All I can say just that. Aduh, aku tau, pasti kamu merasa aku cupu sekali, kan? Tapi memang begitulah adanya. Gadget tak lagi menjadi sahabat karibku beberapa hari ini, tak ada kamu disana, hanya setumpukan chat yang akan selalu tersimpan rapi dalam sosial media yang kerap kali kita gunakan untuk berkomunikasi. Aku kehilangan kata. Pikiranku melayang entah kemana. Maafkan aku, tapi aku janji aku akan berusaha sebaik mungkin untuk kembali menulis; seperti yang kamu katakan "aku mendukung kamu jadi penulis, tapi kalau ngga pernah latihan, gimana tulisannya mau bagus?" Baik-bai

Surat Terakhir: Kepada Kamu Pengingat "Typo"

Halo! Hari ini hari terakhir menulis surat, kamu tahu, kan? Aku sedih nih, seperti yang ku katakan semalam, entah kenapa menulis surat selama 30 hari membuatku nyaman pada kondisi ini. Ternyata, berkomitmen itu susah-susah gampang ya. Ingat ketika satu kali aku belum nulis surat karena ada ngumpul IGD? Kamu nanyain " Kenapa ngga nulis hari ini? " Yang akhirnya ku jawab dengan " Ah, udah telat waktunya. Ngga usahlah. Ngga bakal dianterin sama KangPos juga. " Terima kasih, ya. Sudah mengingatkanku dan sedikit memaksaku untuk pada akhirnya menulis surat. " Menulislah karena kamu memang komitmen , bukan karena hanya sekedar diantar KangPos apa ngga . Menulis tanpa beban , biar tulisan kamu mengalir apa adanya . " Maaf kalau ngga persis kaya gini, aku masih simpan BBMnya kok, hanya saja handphoneku sedang di charge di belakang kelas hehe. Selain itu, aku pun ingin mengungkapkan terima kasihku yang lain, perihal kamu yang selalu menjadi peng

Surat Terakhir: Kepada Kamu, Diponegoro Muda Yang Akan Pulang

Adalah kamu, yang pada akhirnya mendapat gelar " Diponegoro's Squad ", yang kenyataannya lebih suka ku sebut Diponegoro Muda. Bukan karena ayahmu bernama Diponegoro , tapi karena kamu sedang melanjutkan perjuangan beliau di kampus yang menyandang namanya. Berbahagialah kamu, karena kamu menyandang nama itu, setidaknya, kamu adalah bagian dari kelanjutan perjuangan bangsa. Hari ini kamu kembali, bukan? Ke rumah orang tempatmu melanjutkan perjuangan. Selamat berjuang kembali, selamat homesick kembali. Kamu pasti bakal kangen bantuin Mama jualan di rumah, apalagi kalau disana sedang ramai. Pasti kamu juga kangen dedek dan semua adek yang lainnya. Haha, aku sudah merasakannya dong :) Ah, aku hampir lupa. Aku boleh minta tolong? Tolong sampaikan salamku pada Tuan Diponegoro ya, atau setidaknya pada patungnya. Semoga suatu hari nanti aku bisa kesana bertemu langsung dengannya. Selamat melanjutkan perjuangan. Selamat mengendap di kamar kosan. Semoga IPmu semester ini 4.00.

Nani, Cepat Pulang

" Nani , cepat pulang . Mamaku sakit ." Teruntuk Samuel di seberang pulau, Maafkan aku jika harus ku tinggalkan lagi kamu dan ibumu beserta ayah dan keempat kakakmu disana, aku hanya pergi sebentar. Percayalah. Tak benar-benar sebentar karena aku pun kerap kali homesick dan lelah sendiri lantas ingin langsung kembali, tapi menurutmu, apa aku punya daya untuk melakukan hal itu? Perihal kepergianku yang mungkin belum terlalu kamu mengerti, maafkan aku. Jujur saja, aku tak begitu mengerti bagaimana harus ku jelaskan tentang aku yang tiba-tiba ada dan tiba-tiba menghilang ini. Ya, ku harap suatu hari nanti kamu mampu mengerti. Samuel, Pria tampan pemilik hati, Luruh semua ragaku kala ku dengar kalimat polos yang kamu keluarkan dari bibir mungil kepunyaanmu, " Nani , cepat pulang , Mamaku sakit . " Tapi, hei, sebelum aku melanjutkan suratku, aku ingin protes satu hal, bagaimana mungkin kamu dengan PD-nya menyebut " Mamaku "? Itu Mamaku juga, huh! Ba

Aku Suka Caramu Menulis

Kepada wanita penguasa timeline, Ka Iit. Halo, Ka It! Perkenalkan, aku Elysa, mereka yang mengenalku biasa memanggilku El. Tapi bukan El anaknya Ahmad Dhani loh, Ka hehe. Ka It, sejujurnya aku tak benar-benar mengenal siapa Kaka. Aku pun tak begitu ingat bagaimana aku bisa menemukan akun twittermu. Yang pasti, aku menemukan akunmu ketika aku sedang berjalan-jalan di garis waktu Twitter. Kemudian aku membaca beberapa twitmu dan ku putuskan untuk follow akunmu. Tak lama setelah itu, Kaka posting sebuah url yang tak lama ku ketahui adalah url blogmu di Wordpress. Aku, memang sangat suka membaca, Ka, selain itu, aku juga suka menulis. Ku akui, mengungkapkan perasaan lewat tulisan bagiku jauh lebih mudah dibanding harus di suarakan. Ah, sudahlah, kita tak sedang membicarakan tentang aku. Baru satu tulisan yang ku baca, langsung saja membuatku kagum akan semua karyamu, terutama ketika ku baca tulisanmu yang berjudul Gusti . Duh, Gusti ~ Sejak hari itu, aku lumayan sering mengunjungi

Surat Kekecewaan

Kamu tau gimana rasanya di kambinghitamkan terus-menerus ? Aku tau! Kamu tau gimana sakitnya ngerjain sesuatu dengan tulus tapi tak pernah dianggap ? Aku tau! Kamu tau gimana bergetarnya hati ketika ku dengar kamu menyalahkanku dengan kalimat yang kamu rangkai dengan indah ? Ya. Mungkin maksudmu agar aku tak tersinggung , tapi jujur saja , caramu basi . Lalu sekarang kamu mau bilang apa ? Aku terlanjur terbungkam oleh kalimat kasarmu yang kamu bungkus dengan rapi . Aku kecewa. Padamu . Yang aku pikir dapat menjadi panutanku bersikap. Aku , Yang tak akan pernah benar dimatamu

Memeluk Ketakutan

Teruntuk aku yang entah kenapa , Mungkin, adalah lumrah bagi setiap orang merasa takut akan kehilangan. Seperti yang tersirat dalam suratku kemaren, aku sedang tak dalam kondisi yang benar-benar baik walau telah ku kirimkan surat terima kasihku kepada Tuhan, di Surga. Namun lagi-lagi ku rasa aku gagal, terus-menerus di lingkupi rasa kuatir hanya akan membuat tulangku semakin kering dan keropos termakan waktu. Tapi inilah kenyataannya, bahwa aku tengah berjuang memeluk semua ketakutanku erat agar tak seorang pun dapat melihatnya lantas menertawakanku sambil lalu. Ku akui, aku bukanlah pemeluk handal. Aku yang lebih suka di peluk membuatku kurang lihai memeluk, walau ku tahu, akan selalu ada dia yang merindukan pelukanku, yang sebenarnya berperan dalam menghangatkan atau tidak. Tapi ku rasa itu bukan masalah , setidaknya untuk saat ini. - Baru saja ku terima telepon dari Papa, perihal Mama yang masih sakit. Ah, andai saja aku tak pernah alergi, andai saja alergiku tak ber

A Letter For You, In Heaven

There recently come someday in my life that was so difficult it left me despairing again. That night was close so dark around me that i could n’t see God or feel His presence. I knew He was there, somewhere, but why do He now seem distant from me? I pictured myself reaching out, grasping at air, searching for His love and strength. - Then, in answered to my deepest prayer, I heard His tender voice told me, “ The reason you haven’t been able to see or reach Me is that I’m not in front of you. I’m right behind you. My strong arms are around you, holding you from behind. All you have to do is lay your head back on My shoulder and rest. Don’t reach. Don’t struggle. Don’t try so hard to find My presence. Just lean back and rest in My everlasting arms.” - The peace that filled my heart was so complete that it entered every fiber of my being. During the difficult months that follow, I promised to lean on Him like never before. It was hard to explain, but it became a different type of le

Gambar Dan Kepulangan

" Kita dalam gambar , yang tak untuk dipublikasikan. Cukup kita berdua sebagai penikmatnya , tak perlu banyak orang tahu , karena kita sadar , "kita" ada untuk kita , bukan untuk mereka . Teruntuk kamu di ribuan kilometer jauhnya, Bukankah kita adalah kita dan cinta adalah cinta? Bukankah tak semua yang kita lakukan harus diketahui orang? Bukankah hak kita untuk bertahan sekuat mungkin akan komitmen yang telah kita ikat bersama? Dan bukankah jika kausedang merasa ingin sendiri, aku harus mengerti kamu dengan cara membiarkanmu menyendiri? - Sudah ku baca pesan singkat yang sengaja kautempelkan di beranda lineku dini h ari tadi. Hm, benar kan dini hari? Tak hanya membaca, sudah ku hantarkan juga sebuah balasan singkat yang sebenarnya kurang cukup mewakili perasaanku. Tentang keinginanmu menyendiri dan semua permohonan izinmu yang ternyata sudah berumur 12 hari, akhirnya aku mengalah. Bukan karena menginginkanmu menyendiri, kautau itu kan? Kau tau a

Nyonya Pemilik Surga

Nyonya pemilik surga, Entah harus berapa kali lagi ku jelaskan tentang padamu dan diriku sendiri tentang firasat yang selalu ku rasakan menjelang sakitmu tiba. Ah, Nyonya. Andai saja firasat ini selalu berjalan beriringan dengan obat penyembuh yang mampu mengangkat semua derita, sudah kupastikan sejak dulu bahwa kauadalah orang pertama yang akan ku berikan obat itu. Namun sayang, aku tak sehebat itu. Nyonya, ku dengar Nyonya sedang sakit disana. Apakah kauiri pada engineer favorit yang ku kirimi surat kemaren lantas kaungambek dan sakit? Tenang, Nyonya, doaku berteriak lebih keras dibanding aksara yang hanya teronggok dalam blog yang diberdayakan  blogger itu. Apakah kaumasih ingat saat dimana aku sedang sakit gigi beberapa waktu lalu? Hahaha, aku hanya bisa tersenyum senang bila ingat akan hal itu. Aku bahagia mendengar teriakanmu yang " Jangan ribut, Ka Vanni lagi sakit gigi itu ." menyuruh adik-adik untuk diam. Atau masih ingatkah kauketika aku bertanya dengan polosn

Engineer Favorite

Selamat malam, Tuan! Apa kabarmu di seberang sana? Ku harap sih baik-baik saja. Oh ya, biar ku tebak. Pasti kausudah tidur, kan? Atau, kalaupun belum, ah tapi tak mungkin. Sudah lewat jam 3, mustahil rasanya kaumasih terbangun, kecuali untuk hal-hal urgent. Tuan engineer yang terhormat, Ku akui, ini surat pertamaku yang ku tujukan padamu. Memaaaang, aku sudah lama berkecimpung dalam dunia tulis-menulis, tapi entah kenapa, belum ada surat yang kutujukan langsung untukmu. Mungkin karena kauterlalu favorite, sehingga tak pernah mampu diungkapkan lewat kata. Tentang waktu itu, Tuan, sekitar beberapa minggu lalu, kalau ngga salah di tanggal 3 Februari, tepat 2 hari sebelum kepergianku meninggalkanmu, aku sempat merasakan ketakutan yang amat sangat. Tentang ketidakadaanmu ketika aku sampai di rumah. Padahal, biasanya setiap kali aku pulang, mobil hitam milikmu pasti sudah terparkir rapi di sebelah rumah. Segera kusingkirkan semua pikiran buruk, kemudian ku langkahkan kakiku menuju lant

Ingin (yang) Tak Sampai

Dear Bosse, Maafkan aku yang baru saja membaca suratmu, bukan, bukan karena aku lalai, hanya saja keadaan hati tak sedang baik. Bosse, yang entah berada dimana, Sejujurnya aku sedih, bukan hanya karena keadaan hatiku yang tak sedang baik, namun melalui surat hari ini, aku kembali teringat akan jarak. Inginku, jika kutemukan pedang penghunus jarak, akan kutikam ia hingga tak bernyawa. Biar, biarkan ia merasakan bagaimana sakitnya terhalang jarak kala hasrat ingin berjumpa sudah memuncak hingga ke ubun-ubun. Dear Bosse, Aku tak ingin berkeluh kesah hari ini, entahlah, ku rasa aku sedang sedikit lelah menata hati yang sedang gundah tergerogoti asa. Sudahlah, tak perlu kita membahas ini. Bosse, sebelumnya aku ingin meminta maaf, tentang kehadiranku yang mungkin tak akan ada ketika Gathering #30HariMenulisSuratCinta diadakan. Bukan karena aku tak ingin, bukan juga karena jarak yang terlalu jauh, karena toh juga aku sedang berkuliah di Depok, hanya saja aku sudah punya janji pada tangg

Surat Untuk Kamu Yang Sedang Ngambek

Ketika hidup tanpa tawamu terasa hambar . - Teringat saat beberapa malam lalu , perbincangan antara kita yang tak kenal waktu. Ah manis sekali . Esoknya seperti itu lagi , seakan hari hanya milik kita . Seakan semesta harus mengerti tentang kita . Seakan jarak tak ada artinya . Seakan kamu ada disampingku dan aku ada di sampingmu . Masih ingatkah kamu ? Lusa seperti itu lagi , kita tertawa bersama like crazy. Ku rasa tetangga sebelah kamarku iri setengah mati deh mendengar tawanya kita . Hihihi , biarkan saja . Semuanya terasa begitu manis hingga tiba-tiba kamu berubah , hmm maksudku auramu berubah . Tawa bersama di malam-malam lalu menjadi tangis seorang diri dariku . Ah, kita . Andai saja pertengkaran tak pernah ada . Andai saja aura baik yang tercipta tak habis termakan ego. Maafkan aku , yah? Kita baikan , mau ngga ? Jangan ngambek lagi .

Pigura Yang (akan) Tiba

Untukmu, yang terlalu hanyak berjuang. Bukankah masih kauingat surat pertamaku untukmu di tahun ini? Iya, surat tanpa nama yang sengaja ku kirimkan hanya lewat KangPos karena aku betul-betul tahu, kaupasti akan membacanya, tepat waktu atau tidak. Tapi syukurlah, suratku bukanlah " timed letter " yang sengaja di tulis berbatas waktu hingga ketika kauterlambat sedikit saja membacanya maka ia tak akan bisa dibaca lagi. Tidak, aku tak akan menulis surat seperti itu. Kauingat tentang apa yang ku tuliskan padamu hari itu? Ya, tentang aku yang selalu ada. Kita lucu, setidaknya ku katakan kita lucu di hari setelah kita selesai bertengkar via telepon. Kita lucu karena kita untuk bertengkar saja harus membuat kesepakatan dulu, mau bertengkar via telepon atau pesan singkat. Seperti yang sudah kita utarakan semalam, bukankah kita sudah mengikat komitmen bersama? Lantas, mengapa setelah berkomitmen, kita seakan ingin menjauh? - Baiklah, bukan itu yang ingin ku ungkapkan. Aku hanya

Kepada Pemintal Cinta

Kamu adalah pemintal kisah paling menawan. Ku akui, pintalanmu adalah pintalan paling memikat hati. Pemintal, seperti yang ku coba terka sendiri, pastilah seorang yang sabar tanpa batas. Bagaimana mungkin pintalannya bernilai jual tinggi bila tak dikerjakan dengan sabar, bukan? Pintalan itu bernama cinta. Ya, ternyata selama ini kamu seorang pemintal cinta. Bekerja tanpa henti, bahkan saat terlelap pun ku rasa seluruh tubuhmu tak berhenti bekerja. Ku titipkan lagi padamu sekarung penuh benang bernamakan cinta. Maukah kaupintalkan untukku?

Halo, Aku Cemburu

Halo, perkenalkan, aku Cemburu 😄 Hmmm, sebelum kaumenanyakanku berbahagai hal hanya untuk sekedar berbasa-basi, ku rasa aku saja yang langsung memperkenalkan diriku. Aku Cemburu, mungkin kausering mendengar namaku menggema di sudut-sudut hati, berada diantara dua insan yang sedang merajut kasih. Aku Cemburu, frasa yang kerap kali diserukan seorang wanita terhadap pasangannya kala ia melihat pasangannya lebih berbahagia bersama orang lain. Dan wanita itu aku. Terkadang aku adalah perusak segala kisah indah yang sedang terjalin mesra, namun juga aku adalah penguji paling akurat. Yakinkah kauakan cinta bila tak pernah ada aku diantara kalian berdua? 😝 Aku Cemburu, yang (sebenarnya) tak hanya kalian rasakan, tapi aku pun juga. Aku Cemburu, yang meneriakkan " Aku Cemburu " ketika ku lihat kamu bersama orang lain. Aku Cemburu, yang tak selalu ku suarakan dengan keras di setiap perbincangan kita, hanya agar tak ada aura yang berubah dari kita. Kenalkan, Aku Cemburu, yang aka

Surat Permintaan Cinta

Hatiku telah mati rasa terhadap yang lain. Seakan tak kutemukan alasan lain agar aku berpaling mencari yang kata kamu " lebih baik ". Sesungguhnya , aku tak ingin mencari yang " sekedar lebih baik " dari kamu . Aku hanya butuh diperhatikan seperti kamu memperhatikanku , di sayang seperti kamu menyayangiku, di tatap setulus tatapanmu yang mampu menembus kosongnya tatapanku . Aku hanya ingin satu , di hari ini , yang kerap kali dirayakan orang banyak sebagai Hari Kasih Sayang: Maukah kamu berbagi hati dan merayakan hari ini juga sebagai hari jadi kita yang kedua ?

Flashback: Hujan

Surat kali ini berbeda, "Kamu ingat ngga waktu aku nemenin kamu pertama kali pas hujan-hujanan dulu?" "Kapan?" "Yang itu lhooo, waktu kita berteduh bareng di depan ruko buat berteduh dari hujan." "Aaaaah iyaaa, aku ingat!" Balasku sambil menahan senyum di ujung telepon. Ah, aku tau kamu pasti sudah menduga aku akan senyum-senyum sendiri mendengarmu bicara seperti itu. "Hihihi, itu kan pertama kalinya aku nemenin kamu." Lanjut kamu lagi. Lagi-lagi, aku hanya bisa tersenyum. "Terus kamu tiba-tiba dijemput Papamu, aku deg-degan sekaliiiiii." Ungkapmu lagi padaku. Sayang, bagaimana kabarmu siang ini? Sudah makan siang, kan? Kotaku sedang hujan, kemudian aku teringat percakapan kita tadi malam soal hujan. Aku selalu bahagia saat hujan turun karena hujan pernah menahanmu disini, untukku. Flashback, lagi; bersama alunan lagu yang dibawakan Utopia. Bye!

Segudang Pertanyaan Untuk Ibu

Ibu, Anakmu bukanlah seorang yang pandai berbicara mengenai hal yang serius tentang rasa yang selalu bergejolak dalam hatinya, maka maafkanlah aku bercerita lewat tulisan yang tak akan pernah sampai ini, biarkan Dia yang menyampaikannya kepadamu saat kauberdoa. Kata temanku, aku adalah seoang yang pandai berkomunikasi di depan umum, mereka salah,aku tak terlalu pandai dalam hal itu. Aku hanya menyuarakan apa yang seharusnya aku suarakan. Ibu, Tentang rasa yang tumbuh seiring bertambahnya usiaku, apakah ibu sudah rela? Membiarkanku belajar membagi hati untuk orang lain. Bukan. Rasa sayangku terhadapmu tak akan pernah ku bagi, maksudku adalah membagi rasa yang lain terhadap orang asing. Ibu, Mereka bilang aku wanita dengan sejuta cita-cita, aku ingin seperti ini dan seperti itu dalam waktu bersamaan. Banyak sekali rancangan yang ada dalam kepalaku. Tenanglah, aku pasti berdoa dan menyampaikannya kepada Tuhan. Seperti yang selalu Ayah katakan "aku adalah seorang p

Kehadiranmu Di Ribuan Lembar Lain

2 hari yang lalu, aku pikir kamu orang terceroboh yang aku kenal, meletakkan langkah di tempat dimana kamu tidak menginginkannya. Mengapa terus saja manusia memikir-mikirkan kegagalan dan kemudian melangkah di tempat yang tidak seharusnya? Melangkah untuk kemudian menyesal di tengah perjalanan. Lalu diam. Pergi entah kemana. Kautau? Aksi diammu sungguh menyusahkan hati. Aku terus mencari cara bagaimana aku bisa mendapatkan jawaban atas rasa penasaran yang menyiksaku kala itu. Hingga akhirnya aku sadar,  kehadiranmu disampingku sama dengan kehadiranmu di 2639 lembar itu; nihil. Namun aku terus mencari dan mencari.. Sampai suatu hari nanti, aku menemukanmu kelak di ribuan lembar lain yang masih menunggu. Selamat berjuang!

Untukmu Yang Sedang Berulang Tahun

Kepada kamu, Yang sedang berulang tahun, Kutuliskan sepucuk surat untukmu di hari bahagiamu. Bukan karena tak mampu ku belikan kamu bunga atau barang mewah kesukaanmu, hanya saja ingin memberi yang berbeda. Karena mereka yang kamu sayang selalu ada untukmu di hari-hari bahagiamu, berbahagia seolah mereka pun memang sedang berbahagia, kamu tau itu. Seikat bunga pun ku rasa tak akan mampu membuatmu tersanjung, karena ku tahu, hati yang tulus jauh lebih memberi makna lebih. Teruntuk kamu, Yang sedang berulang tahun, Ku kirimkan lagi rangkaian aksara kepadamu, bersamaan dengan riuhnya gemuruh angin yang datang berkawan hujan di luar sana; hanya untuk kamu. Rangkaian berisi doa setulus hati, yang mungkin kerap kali lupa ku tujukan padamu setiap aku menghadap Dia. Semoga kamu berbahagia, dengan kehidupanmu yang sekarang. Karena aku tahu, sudah sejauh mana kamu melangkah, pantaslah yang terbaik ada menjadi bagianmu, sesuai kehendak dan atas izin-Nya. Kepada kamu, Yang sedang berula

Enam, Tujuh, Delapan, Aku Kangen kalian

Pinggiran kali yang airnya sedang meluap, Mama, apa kabar? Kotaku sedang diguyur hujan deras, sejak semalam. Ditemani dengan bunyi jangkrik yang teredam gemericik air hujan. Ma, bagaimana keadaan kota kelahiranku? Masih musim kemarau kah? Bersamaan dengan terkirimnya surat ini nantinya, ku pastikan aku sedang mendengarkan celotehan dosenku. Iya, ini kuliah pertamaku setelah liburan semester kemaren. Sudah sudah, aku tak ingin berpanjang-panjang membuka percakapan, hanya ingin menyampaikan 9 hal penting dalam februari. Pertama, aku kembali ke perantauan, diantar oleh Papa dan Samuel menuju bandara. Mama cium kening dan pioiku. Ah, I wish i can always do that to my daughter too like you do. Kedua, Citilink yang ku tumpangi kemaren delay, cuaca akhir-akhir ini sedang buruk, Ma. Kurang bersahabat dengan alam, ya memang ini akibat ulah manusia, seperti yang kerap kali mama katakan. Ketiga, ini baru hari keempat sejak kepergianku dari rumah, tapi aku sudah kembali merindukan kalian. A

Kekalahan Bernama Aku

Ada yang sama-sama kita benci, yaitu ketika masing-masing dari kita lebih berbahagia dengan orang lain selain "kita". Namun ego kerap kali menguasai. Aku melihatmu tersenyum dengan orang lain, lantas aku pun (berusaha) mencari kesenangan baru agar (terlihat) bahagia dan mampu (membalas) berbahagia seperti yang kautunjukkan. Harusnya kasih tak sekeji itu. Tapi apa yang dapat ku lakukan? Tak ada pula obat peredam cemburu. Andai saja ada, aku pasti pemakai paling candu. Hm ya, ada lagi. Ketika kamu lebih mampu mengusirku dengan sejuta kesibukan yang kerap kali tak aku tahu dibanding mengusir orang lain yang mengusik bahagianya kita. Sebenarnya, aku ini siapamu? Baik, ku perbakai pertanyaanku, sebenarnya dia itu siapamu? Kata pakar cinta, cinta itu cemburu. Tapi aku pernah membaca di sebuah buku suci yang menyebutkan "kasih itu tidak iri hati", dapatkah kaujelaskan mana yang benar? Sore ini ku lihat lagi kalian, hehe, tawamu memang selalu berbeda ketika deng

Kalian, Yang Enggan Ku Sebut "Kalian"

Hai, Aku kembali membawa berkas kenangan yang sesungguhnya tak pernah lepas dari genggaman tanganku. Hendak mengungkapkan sesuatu yang acapkali mengganggu hati. Tentang segala yang tercipta antara kita, tentang aku, kamu, dan juga dia yang selalu kamu banggakan. Aku bersyukur akan hati yang tak diberi mulut oleh Sang Kuasa. Ia pasti akan menjadi pencerita paling jujur, menceritakan apa saja yang ada dalam hati pemiliknya. Baiklah, lupakan sejenak soal hati. Aku ingin berbicara tentang dia. Tentang dia, yang ku rasa selalu saja mampu menyaingi tempatku. Tentang dia, yang selalu saja mampu memberi waktu lebih yang selalu berkesan untukmu ketimbang aku. Bagaimana malam kalian 2 hari lalu, saat kamu meninggalkanku di ujung telepon demi menemani dia yang katamu ingin menginap. Ah, kaumemang tak tau persis bagaimana rasa hati ini. Pedih? Pasti. Tenang, aku tak sepenuhnya menyalahkanmu, bukankah kauhanya berbuat sedikit kebaikan kepadanya? Ya, aku tau. Sore ini sore pertamamu tanpa aku

Surat Untukmu Dari Depok

Hari ini, Depok Untukmu yang sedang ngambek di seberang kota, aku sedang mendengar lagu kesukaan kita baru-baru ini, tau kan? Ah, aku kembali teringat kamu. Kamu sedang apa disana? Sudah selesai dengan semua urusanmu hari ini? Beberapa menit lalu aku BBM kamu tapi kamu belum balas chatku, masih sibuk ya? " Kamu mah kalau nulis sedih mulu tulisannya . " Ya, begitulah. Tapi kamu ngga bosen kan baca tulisanku? :) Perihal kepulanganku ke kota ini, maaf ya, aku lagi-lagi ninggalin kamu sendirian disana, kapan rencana pulang bareng kita akan terwujud? Tahun ini? Ah, ku aminkan saja kalau begitu. Ku dengar-dengar ada restaurant baru buka deket sini, maksudku, di kotaku, kapan kita kesana? Yaaa, walaupun bukan untuk mencicipi promo grand openingnya, tapi ku harap kamu mau menemaniku kesana suatu hari nanti, entah ketika liburan atau ketika kamu kuliah disini hehehe. Oh iya, sudah jam 3, kamu sudah makan siang? Dengan siapa? Sendirian, kan? Pokoknya kamu ngga boleh makan

Kepada Kalian, Pejuang Favoritku; Aku Pergi, Ya?

             Dan bila aku harus pergi lagi , percayalah bahwa aku pasti kembali , Kepada kedua pejuang favoritku, Bila aku boleh mengingat kembali yang telah lalu , akan segala yang terjadi tentang kita , air mata pastilah menjadi satu-satunya hal yang setia menemani. Entah apa yang ada dalam pikiranku sekarang , aku tak tahu pasti . Yang aku tahu , hari ini aku harus pergi lagi . " Kak , apa cukup 800ribu dalam sebulan ? Jangan sampai kamu ngga makan loh , ya , Kak ." Tenang , Ibu . Bukankah aku harus belajar bertanggung jawab akan segala hal, termasuk dalam hal me-manage pengeluaran? " Jadi , besok semua teman kamu bakal balik semua ya, Kak ? Sudah rame di asrama?" Ayah , sudahlah . Tak perlu terlalu mengkhawatirkanku seperti itu , pasti sudah ada orang yang pulang ke asrama hari ini . Aku tak akan sendirian , walau memang kenyataannya seperti itu . Bukankah hidup tak melulu

Ragil, Aku Tertular Virusmu

Tanjung Piayu, Mei 2008 Dear Ragil, Aku baru saja menerima pesan singkatmu di kotak pesan Nokia 3315ku. Hei, kamu memang terlalu pandai merangkai kata. Aku sampai-sampai kesulitan menyembunyikan rona merah pipiku yang bersemu sedari tadi. Kau tahukan bila sampai Mamaku melihatku dalam kondisi seperti ini? Bisa habis aku di interogasi. Ngomong-ngomong, terima kasih ya! Aku tau kautak akan pernah bisa membuatku duduk diam dengan wajah ditekuk sepuluh seperti ini. Hihihihi. Sesungguhnya aku tak benar-benar marah, cuma kesal sedikit saja kok. Lagipula, siapa juga yang tak kesal ditinggal bermain bola terus-menerus seperti ini. Tanjung Piayu, Juni 2008 Dear Ragil, Bagaimana kabarmu setelah perpisahan absurd kita kala itu? Ya, ku akui aku memang terlalu labil hingga akhirnya aku memilih untuk meninggalkanmu. Tapi itu tak penting. Siapa wanita yang menjadi penggantiku kini? Ah, aku yakin dia pasti sama tersipunya denganku tiap kali kaukirimi pesan singkat andalanmu itu. Aku berani jamin