Hey?
Semenjak kauputuskan untuk menjauh dariku, aku kacau.
Seperti benang jahit yang dibiarkan begitu saja, kusut. Aku masih ingat saat
itu, Hey. Saat kauharus melepaskan tanganku ketika ia memanggilmu dengan suara
manjanya. Cuma hati ini yang menangis saat itu. Kautak akan mengerti, Hey,
karna kauada di tengah-tengah.
Hingga akhirnya kaupergi dengannya. Menggenggam manis
tangannya dan membiarkan lengannya berada di pinggangmu. Bukankah selama ini
hanya aku yang pantas mendapatkan hal itu?
Air mata ini. Adakah kaulihat seberapa banyak yang mengalir
ketika aku membalikkan badan? Aku hanya tak ingin kaumelihatnya mengalir lemah.
Aku hanya tak ingin mengganggumu dengan orang pilihanmu.
Lanjutkan hidupmu, Hey. Jangan lepaskan genggamanmu atasnya.
Mungkin ia yang pantas digenggam olehmu mulai saat ini. Hey, mampukah kauberjanji
padaku dan benar-benar menepatinya?
Jangan lepaskan tangannya hanya untuk menggenggam tangan
orang lain. Itu menyakitkan. Aku yakin karena aku sudah merasakannya.
Jangan berjanji akan menemaninya selama kaumasih bernapas
sebelum kaubenar-benar yakin akan omonganmu, karena aku sudah merasakan
sakitnya.
Hey, sampai bertemu lagi. Aku berdoa untukmu disini. Semoga
kaumenemukan yang terbaik untukmu. Semua bayang-bayangmu ketika kaumengatakan
kata-kata manismu akan selalu ku ingat, bukan untuk menghadirkan kembali air
mataku ketika aku ingin menangis, tapi karena aku ingin mengingat bahwa
kaupernah mengatakannya untukku, yang mungkin akan kaukatakan juga padanya. Ku
harap tidak, karena jika iya, aku akan sangat terluka.
Selain Tuhan, yang tau hatimu ya kamu. Aku cuma bisa dengar yang kamu bilang. Kalau yang kamu bilang itu kenyataan, maka biarlah aku disini sendirian menantimu. Menanti kamu yang katamu tak akan kembali. Mungkin ini hukuman untukku, terlalu lama menyia-nyiakanmu tanpa memberikan yang terbaik.
Comments
Post a Comment