Garis Kita Tak Akan Pernah Bertemu, Bukan?

Lantas, apa yang harus aku lakukan saat ini? Selain pasrah dikalahkan oleh detak jam dinding yang akhirnya memecah sunyi antara kita.

Tiga puluh.

Sudah tiga puluh kali jarum penunjuk detik menyelesaikan tugasnya mengitari jam dinding yang terpampang jelas bahkan dari sudut mataku. Lidahku kelu; disaat yang tidak tepat.

Kuulang lagi sederetan kalimat yang telah kususun sejak 2 hari lalu ketika aku akhirnya dengan tekad yang di-bulat-bulat-kan mengajakmu pergi.

"Pasti bisa!"

Bodoh! Tak ada hal yang lebih bodoh dari apa yang barusan aku lakukan. Alih-alih menyemangati diri, nyaliku malah semakin ciut ketika dia dengan kening berkerut bertanya "Apa? Pasti bisa apa?"

"Eng.. ada yang ingin aku bicarakan."

Tiba-tiba ada dorongan besar dari dalam diriku untuk mengatakannya. Kupastikan lagi bahwa apa yang barusan kukatakan adalah keputusan yang tepat dengan menghitung kancing kemeja yang kukenakan.

"Bilang."
"Ngga."
"Bilang."
"Ngga."
"Bilang."
"Ngga."

Loh, kok ngga? Salah! Ini pasti salah.

"Ngga."
"Bilang."
"Ngga."
"Bilang."
"Ngga."
"Bilang."

NAH!

"Ada yang ingin aku sampaikan."

Dia diam. Oke, ku anggap dia memang sedang menungguku berbicara. Ku pandang sekali lagi jam dinding di ujung mataku, seakan meminta dukungan bahwa apa yang akan kulakukan ini adalah hal yang benar.

"Tentang kehadiranmu selama ini, terima kasih ya."

Masih diam. Aku mulai gelisah, bola mataku berusaha semaksimal mungkin mencari input sensori visual untuk membantu menghilangkan kecemasanku.

"Kalau lagi ngomong, dilihat atuh mata lawan bicaranya." Fix! Ku rasa aku telah berubah menjadi batu es yang seketika membeku karenanya.

"Iya, terima kasih ya."

Dia mengangguk. Tanpa ku tahu apa sebenar-benarnya arti dari anggukan tersebut, seperti sepenggal kalimat yang hingga kini masih menarik perhatianku; garis kita tak akan pernah bertemu, bukan?

Comments

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. mencari input sensori visual.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Daku anak Okupasi Terapi tingkat akhir, Mz. Jadi harus mulai menerapkan istilah-istilah serius 😂😂

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ingin (yang) Tak Sampai

Surat Pertama Untukmu, Tentang Aku Yang Akan Selalu Ada