Mengapa Aku Tak Setegar Dia?
Aku mengerling dengan sudut mataku. Ya, hanya dengan sudut mata pun sebenarnya aku sudah dapat melihatnya. Sesekali aku mendengar tawanya yang renyah di telingaku. Aku gusar, entah di sengaja atau tidak, aku tak tau. Yang pasti, ingin sekali aku mendatanginya dan mengatakan "Aku Kesel!".
Tapi tidak! Aku segera menarik napas dalam-dalam kemudian membuangnya dengan perlahan. Aku mulai mengangkat majalah yang sedari tadi tergeletak di pangkuanku. Tak sadar, bentuknya sudah bukan seperti majalah lagi, buru-buru aku mengontrol tanganku yang ingin sekali merobek-robek majalah itu.
Inilah hidup. Terkadang kau hanya mampu melihat orang yang kau sayangi dari jauh atau bahkan hanya sekerlingan mata, tapi semua itu punya sense tersendiri buatmu. Kau kesel sampai ke ubun-ubun, tapi kau tetap saja mencari kabar tentangnya. Kau cemburu setengah mati, tapi kau tetap saja melihatnya ketika ia bersama orang lain. Kalau kata orang, namanya juga sayang.
Aku tak sepenuhnya seperti mereka atau bahkan kau yang bisa saja tegar atau mungkin terlihat tegar dengan semua itu. Aku bukan orang yang pandai menyembunyikan perasaan ketika moodku sedang hancur-hancuran. Bahkan tak heran ketika tiba-tiba ada yang nyeletuk "Jelek kali mukamu." Ya, aku tau. Kontrol emosiku memang belum baik.
Aku terkadang seperti anak kecil yang lebih senang diperhatikan daripada dibelikan ini-itu. Aku seperti mereka yang dengan kepolosan mereka tak ingin diberikan materi.
Aku kembali melihatnya lagi, kali ini melihat dari balik majalah yang sengaja ku angkat lebih tinggi dari sebelumnya. Aku pura-pura membaca, padahal bila diperhatikan, pandanganku bukanlah ke majalah, namun ke arahnya.
Hah! Lagi-lagi, mengapa aku tak setegar dia?
Tapi tidak! Aku segera menarik napas dalam-dalam kemudian membuangnya dengan perlahan. Aku mulai mengangkat majalah yang sedari tadi tergeletak di pangkuanku. Tak sadar, bentuknya sudah bukan seperti majalah lagi, buru-buru aku mengontrol tanganku yang ingin sekali merobek-robek majalah itu.
Inilah hidup. Terkadang kau hanya mampu melihat orang yang kau sayangi dari jauh atau bahkan hanya sekerlingan mata, tapi semua itu punya sense tersendiri buatmu. Kau kesel sampai ke ubun-ubun, tapi kau tetap saja mencari kabar tentangnya. Kau cemburu setengah mati, tapi kau tetap saja melihatnya ketika ia bersama orang lain. Kalau kata orang, namanya juga sayang.
Aku tak sepenuhnya seperti mereka atau bahkan kau yang bisa saja tegar atau mungkin terlihat tegar dengan semua itu. Aku bukan orang yang pandai menyembunyikan perasaan ketika moodku sedang hancur-hancuran. Bahkan tak heran ketika tiba-tiba ada yang nyeletuk "Jelek kali mukamu." Ya, aku tau. Kontrol emosiku memang belum baik.
Aku terkadang seperti anak kecil yang lebih senang diperhatikan daripada dibelikan ini-itu. Aku seperti mereka yang dengan kepolosan mereka tak ingin diberikan materi.
Aku kembali melihatnya lagi, kali ini melihat dari balik majalah yang sengaja ku angkat lebih tinggi dari sebelumnya. Aku pura-pura membaca, padahal bila diperhatikan, pandanganku bukanlah ke majalah, namun ke arahnya.
Hah! Lagi-lagi, mengapa aku tak setegar dia?
Comments
Post a Comment