Enam, Tujuh, Delapan, Aku Kangen kalian
Pinggiran kali yang airnya sedang meluap,
Mama, apa kabar?
Kotaku sedang diguyur hujan deras, sejak semalam. Ditemani dengan bunyi jangkrik yang teredam gemericik air hujan. Ma, bagaimana keadaan kota kelahiranku? Masih musim kemarau kah?
Bersamaan dengan terkirimnya surat ini nantinya, ku pastikan aku sedang mendengarkan celotehan dosenku. Iya, ini kuliah pertamaku setelah liburan semester kemaren.
Sudah sudah, aku tak ingin berpanjang-panjang membuka percakapan, hanya ingin menyampaikan 9 hal penting dalam februari.
Pertama, aku kembali ke perantauan, diantar oleh Papa dan Samuel menuju bandara. Mama cium kening dan pioiku. Ah, I wish i can always do that to my daughter too like you do.
Kedua, Citilink yang ku tumpangi kemaren delay, cuaca akhir-akhir ini sedang buruk, Ma. Kurang bersahabat dengan alam, ya memang ini akibat ulah manusia, seperti yang kerap kali mama katakan.
Ketiga, ini baru hari keempat sejak kepergianku dari rumah, tapi aku sudah kembali merindukan kalian. Aaaaaak, kuliah di luar kota memang tak seindah yang terlihat.
Keempat, bagaimana tokomu, ramaikah? Ku harap kalian tak kekurangan tenaga ya disana. Hehehe.
Kelima, Samuel? Masih malas mandi? Tiba-tiba aku teringat dia yang tak pernah mau diganggu tiap kali sedang menonton serial upin ipin di TV.
Keenam, aku kangen kalian.
Ketujuh, aku kangen kalian.
Kedelapan, aku kangen kalian.
Kesepuluh, bagaimana nasib hari kasih sayang yang akan datang sebentar lagi? Tidak akan ada aku ya di rumah?
Kakak,
Yang jauh di tanah rantau.
Enam, tujuh, delapan; aku kangen kalian.
Comments
Post a Comment