Nani, Cepat Pulang

"Nani, cepat pulang. Mamaku sakit."

Teruntuk Samuel di seberang pulau,
Maafkan aku jika harus ku tinggalkan lagi kamu dan ibumu beserta ayah dan keempat kakakmu disana, aku hanya pergi sebentar. Percayalah.

Tak benar-benar sebentar karena aku pun kerap kali homesick dan lelah sendiri lantas ingin langsung kembali, tapi menurutmu, apa aku punya daya untuk melakukan hal itu?

Perihal kepergianku yang mungkin belum terlalu kamu mengerti, maafkan aku. Jujur saja, aku tak begitu mengerti bagaimana harus ku jelaskan tentang aku yang tiba-tiba ada dan tiba-tiba menghilang ini. Ya, ku harap suatu hari nanti kamu mampu mengerti.

Samuel,
Pria tampan pemilik hati,

Luruh semua ragaku kala ku dengar kalimat polos yang kamu keluarkan dari bibir mungil kepunyaanmu, "Nani, cepat pulang, Mamaku sakit." Tapi, hei, sebelum aku melanjutkan suratku, aku ingin protes satu hal, bagaimana mungkin kamu dengan PD-nya menyebut "Mamaku"? Itu Mamaku juga, huh!

Baiklah, ku lanjutkan lagi,
Pun aku tak dapat menjelaskan apa-apa ketika kamu bilang aku bodoh. Haha. Mungkin aku memang bodoh, tapi kerap kali tak sadar.

"Aku bodoh kenapa?"
"Bodoh, Nani. Ngga ajak aku naik pesawat! Bodoh!"

Maafkan aku, ya.

"Kan aku bilang jemput Mama dulu baru kita pergi naik pesawat."
"Bodoh, Nani. Bodoh! Tinggalin aku sendirian. Ngga ngajak aku naik pesawat!"

Aku tersenyum, getir.

-

Aku janji aku akan pulang. Hmmm, 5 bulan lagi. Okay?
Tunggu saja aku pulang, nanti aku belikan kamu Roti Boy kesukaanmu.

Soal Mamamu yang sedang sakit, aku selalu berdoa untuknya, kok. Cobalah tanyakan pada Tuhan, pasti sudah banyak sekali surat permohonan doaku pada-Nya tentang kesembuhan Mama.

-

Eh iya, telepon aku dong, aku ingin mendengar "Nani, Mamaku udah sembuh."
Tunggu aku pulang ya!

Ka Vanni,
Yang kerap kali kami panggil Nani,
Kaka yang membuat namamu kala kamu lahir.

Comments

Popular posts from this blog

Ingin (yang) Tak Sampai

Garis Kita Tak Akan Pernah Bertemu, Bukan?

Surat Pertama Untukmu, Tentang Aku Yang Akan Selalu Ada