Gambar Dan Kepulangan

"Kita dalam gambar, yang tak untuk dipublikasikan. Cukup kita berdua sebagai penikmatnya, tak perlu banyak orang tahu, karena kita sadar, "kita" ada untuk kita, bukan untuk mereka.

Teruntuk kamu di ribuan kilometer jauhnya,

Bukankah kita adalah kita dan cinta adalah cinta?
Bukankah tak semua yang kita lakukan harus diketahui orang?
Bukankah hak kita untuk bertahan sekuat mungkin akan komitmen yang telah kita ikat bersama?

Dan bukankah jika kausedang merasa ingin sendiri, aku harus mengerti kamu dengan cara membiarkanmu menyendiri?

-

Sudah ku baca pesan singkat yang sengaja kautempelkan di beranda lineku dini hari tadi. Hm, benar kan dini hari? Tak hanya membaca, sudah ku hantarkan juga sebuah balasan singkat yang sebenarnya kurang cukup mewakili perasaanku.

Tentang keinginanmu menyendiri dan semua permohonan izinmu yang ternyata sudah berumur 12 hari, akhirnya aku mengalah. Bukan karena menginginkanmu menyendiri, kautau itu kan? Kau tau aku bukanlah seorang yang suka ditinggal seorang diri, merawat rindu seorang diri, dan memupuknya agar tak mati diterpa angin.

Di dalam masa penyendirianmu, aku ingin bertanya satu hal, sudahkah kaumerindu hari ini? Apa cuma aku saja yang sedari tadi memegangi dada agar rinduku tak mencuat keluar?

Untukmu, kesayangan sepanjang masa,

Mari kita mulai berhitung, entah sudah berapa banyak gambar yang tercipta diantara kita. Kautentu masih ingat kan tentang keinginanmu yang "harusnya setiap kali kita bertemu, kita mengabadikannya dalam gambar."? Hanya saja, pertama, maafkan jika suratku kali ini "baper" lagi; kedua, ku rasa kita memang harus mengabadikannya dalam latar sebagus dan seumum mungkin sehingga gambar kita telihat "baik" di mata mereka yang melihatnya; ketiga, maafkan aku yang hingga saat ini belum berani bangun dari tidurku dan mengirimkan langsung surat-surat ini kepadamu.

Semoga tidurku segera usai, dan ketika aku terbangun, aku benar-benar tak butuh pengantar surat lagi, karena kausudah ada di sampingku.

P.S:
Cepat pulang, ya. Kaumasih hapal alamat rumahmu, kan?

Comments

Popular posts from this blog

Ingin (yang) Tak Sampai

Garis Kita Tak Akan Pernah Bertemu, Bukan?

Surat Pertama Untukmu, Tentang Aku Yang Akan Selalu Ada