Nyonya Pemilik Surga
Nyonya pemilik surga,
Entah harus berapa kali lagi ku jelaskan tentang padamu dan diriku sendiri tentang firasat yang selalu ku rasakan menjelang sakitmu tiba.
Ah, Nyonya. Andai saja firasat ini selalu berjalan beriringan dengan obat penyembuh yang mampu mengangkat semua derita, sudah kupastikan sejak dulu bahwa kauadalah orang pertama yang akan ku berikan obat itu.
Namun sayang, aku tak sehebat itu.
Nyonya, ku dengar Nyonya sedang sakit disana. Apakah kauiri pada engineer favorit yang ku kirimi surat kemaren lantas kaungambek dan sakit?
Tenang, Nyonya, doaku berteriak lebih keras dibanding aksara yang hanya teronggok dalam blog yang diberdayakan blogger itu.
Apakah kaumasih ingat saat dimana aku sedang sakit gigi beberapa waktu lalu? Hahaha, aku hanya bisa tersenyum senang bila ingat akan hal itu. Aku bahagia mendengar teriakanmu yang "Jangan ribut, Ka Vanni lagi sakit gigi itu." menyuruh adik-adik untuk diam. Atau masih ingatkah kauketika aku bertanya dengan polosnya tentang "Apa benar Surga ada di telapak kaki Mama?" yang kemudian kaujawab dengan "Iya dong, makanya nanti Mama mau pijak taik ayam biar kalian kebauan pas mau masuk surga."
Hahaha. Aku hanya bisa tertawa mendengar jawabmu kala itu,Nyonya.
Nyonya, pemilik surga,
Maukah kauberjanji akan selalu sehat? Jangan dulu uji cintaku saat ini, Nyonya. Berada jauh di ribuan kilometer darimu saja sudah membuatku sedih. Apalagi jika harus ku dengar kausakit tak berdaya?
Nyonya, pemilik surga,
Maukah kausilangkan jari telunjuk dan tengahmu sebagai tanda pengikat janji antara kita?
Lekas sembuh, Nyonya.
Akan ku hitung kembali waktu hingga kita berjumpa lagi kemudian.
Aku mencintaimu, Nyonya. Seperti yang kusampaikan kepada Tuan engineer favoritku kemaren.
Keren kk
ReplyDeleteTerima kasih sabat :)
DeleteThis comment has been removed by the author.
Delete