Flashback: Hujan
Surat kali ini berbeda,
"Kamu ingat ngga waktu aku nemenin kamu pertama kali pas hujan-hujanan dulu?"
"Kapan?"
"Yang itu lhooo, waktu kita berteduh bareng di depan ruko buat berteduh dari hujan."
"Aaaaah iyaaa, aku ingat!" Balasku sambil menahan senyum di ujung telepon. Ah, aku tau kamu pasti sudah menduga aku akan senyum-senyum sendiri mendengarmu bicara seperti itu.
"Hihihi, itu kan pertama kalinya aku nemenin kamu." Lanjut kamu lagi.
Lagi-lagi, aku hanya bisa tersenyum.
"Terus kamu tiba-tiba dijemput Papamu, aku deg-degan sekaliiiiii." Ungkapmu lagi padaku.
Sayang, bagaimana kabarmu siang ini? Sudah makan siang, kan?
Kotaku sedang hujan, kemudian aku teringat percakapan kita tadi malam soal hujan.
Aku selalu bahagia saat hujan turun karena hujan pernah menahanmu disini, untukku.
Flashback, lagi; bersama alunan lagu yang dibawakan Utopia.
Bye!
"Kamu ingat ngga waktu aku nemenin kamu pertama kali pas hujan-hujanan dulu?"
"Kapan?"
"Yang itu lhooo, waktu kita berteduh bareng di depan ruko buat berteduh dari hujan."
"Aaaaah iyaaa, aku ingat!" Balasku sambil menahan senyum di ujung telepon. Ah, aku tau kamu pasti sudah menduga aku akan senyum-senyum sendiri mendengarmu bicara seperti itu.
"Hihihi, itu kan pertama kalinya aku nemenin kamu." Lanjut kamu lagi.
Lagi-lagi, aku hanya bisa tersenyum.
"Terus kamu tiba-tiba dijemput Papamu, aku deg-degan sekaliiiiii." Ungkapmu lagi padaku.
Sayang, bagaimana kabarmu siang ini? Sudah makan siang, kan?
Kotaku sedang hujan, kemudian aku teringat percakapan kita tadi malam soal hujan.
Aku selalu bahagia saat hujan turun karena hujan pernah menahanmu disini, untukku.
Flashback, lagi; bersama alunan lagu yang dibawakan Utopia.
Bye!
Hujan memang sering mengingatkan pada cerita lama :)
ReplyDelete