Tuduhan tak berwujud.

Hari ini aku bermimpi lagi. Bermimpi akan sesuatu yang sebenarnya aku tau tak akan pernah terwujud.

Ingatkah kau, hei? Saat kita sama-sama menerka siapa yang bakal jadi orang ter-sibuk nantinya, tentang siapa yang tak akan memperhatikan, dan tentang siapa yang tak akan diperhatikan.

Kini aku tau jawabannya. Aku tau rasanya ditinggal sendirian menunggu hal yang tak ku tau kapan akan datang.

Sungguh, hei, semua kegiatanmu jauh lebih mampu menyita perhatianmu dibandingkan sakitku. Semua makhluk tak bernyawa itu lebih kauperhatikan dibanding aku. Entahlah, hei, entah sampai kapan aku harus mengalah dengan mereka.

Aku takut sendirian, kamu tau kan? Aku takut sepi, aku bukan seperti mereka yang bersahabat karib dengan kesepian. Aku juga tak ingin mengenal kesendirian. Tapi kenyataannya mereka memang lebih kuat dibanding rasa sayangmu. Sepi dan sendiri bagaikan manusia kembar siam yang kemana-mana selalu bersama.

Hei, kautau aku sedang apa? Aku sedang duduk di dalam Commuter Line yang ku tumpangi menuju Stasiun UI. Aku merasakan desiran angin yang sangat kencang, gesekan kereta dengan rel yang sangat kasar membawaku pergi dengan cepat.

Seperti kauyang menaiki kereta bernamakan kesibukan, bertemankan kegiatan. Kamu melesat dengan sangat cepat meninggalkan aku yang tertinggal di peron kereta.

Percuma. Percuma aku melambaikan tanganku ke arah kereta yang kaunaiki, karna aku tau kautak akan pernah melihatku lagi.

Hei, kautau? Ini hari ke-sekian aku menunggumu di kamar sendirian. Berharap kauakan meluangkan waktumu sedikit hingga pada suatu kali aku mengutuki diriku ketika aku ketiduran disaat kaumengetuk pintu hatiku untuk sekadar berbicara.

Ini bukan harapanku. Sama sekali tidak. Kauingat hari itu? Inilah jawabannya; bukan aku yang sibuk, bukan aku yang tidak memperhaikan melainkan kau. Kauadalah pemenangnya, hei, kaumemenangkan semuanya.

Semua tuduhanmu terhadapku tentang kesibukanku ternyata tak terwujud, kan?

Hei, ini hanya tulisanku untuk sedikit kesedihanku. Ini hanya sebagian kecil dari semua air mataku. Maafkan aku, aku lagi-lagi gagal jadi orang kuat seperti yang kaupesankan padaku berulang kali.

Hei, maafkan aku jika suatu hari nanti kautak akan menemuiku dimanapun. Maafkan aku, ketika aku tak sempat membisikkan sesuatu ditelingamu. Maafkan aku jika aku tiba-tiba menghilang dan hanya meninggalkan nama tanpa kautau.

Selamat malam, hei. Aku merindukanmu.

Comments

Popular posts from this blog

Bersiap

Selamat Ulang Tahun

Rangkaian Aksara Untukmu.