Giliranku, Kapan?

Bersembunyi adalah hal paling ku gemari di masa kecilku. Bermain tanpa henti, mencari tempat persembunyian yang tak akan diketahui oleh orang lain, menyembunyikan diri se-sempurna mungkin agar bukan aku yang bertugas mencari.

Mungkin aku memang terlalu mencintai permainan ini, hingga akhirnya saat ini, aku dipermainkan sendiri oleh permainan yang ku suka, bahkan lebih parah dari itu, aku bersembunyi lebih tepatnya tersembunyi, bukan karena inginku bersembunyi, tapi dipaksa bersembunyi.

Apa lagi yang harus di tutupi jika memang segala sesuatunya normal dan berjalan apa adanya? Ada yang tidak normal dalam diriku, mungkin. Atau kamu. Atau, KITA?

Aku kembali bersedih hari ini, sudah lama ternyata rasa sedih ini terpendam. Terbiasa disembunyikan, ternyata membuatku mahir menyembunyikan rasa.

Gema cinta dimana-mana, namun pada akhirnya aku tau itu semua hanya kemunafikan semata. Semu; yang akan hilang dengan gampangnya karena kamu pun mengucapkannya dengan gampang. Dan aku, lagi-lagi, yang berada di tempat persembunyian ini, diam-diam berubah menjadi perasa dalam diam.

Ada yang kamu sembunyikan. Ada yang kita sembunyikan. Hingga kita tak mampu berekspresi selepas orang lain, sebahagia orang lain, bahkan sefrontal orang lain. Ada yang kita selimuti, agar tak ada orang yang tau apa yang ada dalam hati kita masing-masing.

Karena kita tau, orang lain tak akan mau mengerti akan hal ini.

Sampai kapan aku harus bersembunyi dalam rasa yang ku rasakan sendiri? Sampai kapan aku harus berdiam diri ketika kamu bepergian sedang aku terkunci dalam ruang hati?

Jika orang lain di luaran sana punya giliran, lantas kapan giliranku? Apa aku tak pantas dikenalkan pada dunia yang kata orang sangat menarik itu? Apa aku tak pantas bahagia bersamamu dan orang-orang lain? Apa aku tak akan pernah mendapat giliran untuk diperkenalkan dengan duniamu yang sudah ku tebak sangat indah?


Salam,







Aku.
#Soundtrack:

Comments

Popular posts from this blog

Bersiap

Selamat Ulang Tahun

Rangkaian Aksara Untukmu.