Penderma Kebahagiaan

Kau seperti seorang penderma, berjalan kesana-kemari menebarkan kebahagiaan. Suatu hari, kau temukan aku telanjang dengan segala kesedihanku.

Kau, seorang penderma tadi, menghampiriku. Kau ulurkan tanganmu hingga aku melihatmu dengan mata sayu. Tidak, aku tak akan percaya, hatiku sudah terlalu rapat kukunci untuk kemudian kubuka lagi.

Keesokan harinya, kau datang lagi, seorang penderma kebahagiaan yang berjalan-jalan untuk menemukan siapa yang membutuhkan pertolongan. Kau temukan aku lagi, kau ulurkan tanganmu, namun responku tetap sama. Tanganmu kuanggap sama dengan tangan mereka yang lain.

Hingga hari kelima, kau datang lagi, kau ulurkan tanganmu dan entah kenapa, aku menyambut tangan itu dengan getaran hebat di sekujur tubuhku. Kau bawa aku pulang, memakaikanku busana bernamakan kebahagiaan.

Aku terhanyut begitu rupa, menikmati kasihmu yang kian hari kian manis. Senyumku tak lagi terkontrol, bahagiaku mengalir deras di setiap pembuluh darahku.

Hingga suatu hari, aku tersadar akan kebodohanku. Ku temukan sebuah ruang lain, berisikan kebahagiaan lain yang sama bahagianya denganku. Langkah kakiku tak dapat berhenti, semakin aku berjalan menyusuri lorong itu, semakin banyak kutemukan kebahagiaan-kebahagiaan lain yang kau berikan bukan hanya untukku, tetapi juga kepada banyak orang.

Ku dapati diriku terjebak dalam kebahagiaan, pikirku aku adalah satu-satunya, ternyata tidak. Aku tersadar kau adalah mesin penderma kebahagiaan. Jelas, kau tak punya hati, membiarkan diriku menikmati kebahagiaan semu yang ternyata kau berikan juga untuk orang lain di saat ku pikir aku adalah satu-satunya yang kau bahagiakan.

Comments

Popular posts from this blog

Bersiap

Selamat Ulang Tahun

Rangkaian Aksara Untukmu.