A Life Cycle: Ups and Downs

Pinterest.com

Kalau sedang throwback ke masa-masa kecil dulu, sering ngga sih kebayang pengen balik jadi anak-anak lagi? Apalagi yang masa kecilnya udah berlimpah-limpah dengan segala hal yang dimiliki orangtua, mau ini tinggal ambil, mau itu tinggal tunjuk; asyik!

Jangankan yang masa kecilnya serba punya, aku saja yang lahir di tengah-tengah keluarga sederhana rasanya ingin kembali lagi merasakan masa kecil dulu, masa anak-anak yang "up and down"-nya hanyalah sebatas dibelikan Barbie seri terbaru dan harus pulang dari rumah tetangga karena harus tidur siang.

Jadi orang dewasa atau dewasa muda seperti usiaku saat ini, kuakui bukanlah hal yang mudah. Kalau pernah dengar, dulu ada yang bilang orang dewasa itu ribet. Dan benar. Di usiaku yang bahkan masih tergolong muda ini, aku sudah mulai ribet kalau lihat adikku yang paling kecil nakal, mulai susah diajakin bercanda dengan candaan anak-anak karena rasanya candaan mereka "ngga banget", mulai (sok) serius ngitungin keseimbangan pemasukan dan pengeluaran karena baru saja merasakan istilah "gaji cuma numpang lewat" terutama untukku yang tinggal jauh dari keluarga.

Aku ingat, walau keluargaku bukan tipe keluarga yang tinggal tunjuk langsung punya, hidupku bahagia sekali. Orangtuaku selalu mengajarkan bahwa untuk makan, kamu harus bekerja. Jadilah aku dan adikku (dulu kami masih berdua) sejak kecil sudah punya tugas masing-masing di rumah, mulai dari tugas-tugas sederhana seperti simpan sepatu pada rak sepatu sampai saat ini mulai berubah menjadi tugas-tugas kompleks seperti antre di kantor pemerintahan untuk bayar pajak.

Keluargaku sangat suka martabak (Who's with us? Raise your hands!!!). Dulu, sekitar tahun 2004/2005, harga martabak telur masih Rp 6.000 dan martabak manis Rp 5.000. Saking sukanya martabak, kami hampir setiap hari membeli martabak. Aku dan adik-adikku (di tahun itu, kami sudah ber-4) berlomba menyelesaikan makan malam kami dengan cepat untuk mengajak Papa membeli martabak.

Sampai suatu hari, ketika sebelumnya kebiasaan membeli martabak sudah mulai hilang karena bosan, entah kenapa tiba-tiba muncul kembali. Saat itu, Papa sedang kehilangan pekerjaan dan sudah hampir dua tahun tidak bekerja. Kami berempat menyelesaikan makan malam kami lalu mengajak Papa untuk membeli martabak, "Satu martabak telur, satu lagi martabak manis ya, Pa!" Seru kami bersemangat.

Papa dan Mama yang mendengar hal itu mungkin sedih, tetapi mereka tidak kehabisan akal. Papa kemudian menjawab, "Oke. Kita beli martabak, tapi sebelum beli, kita lomba cari uang receh di dalam rumah. Kalau uangnya sudah terkumpul, baru kita beli.".

Waktu itu, aku dan adik-adikku benar-benar menganggap hal tersebut sebagai lomba, ya buat seru-seruan saja. Jadi kami mencari kesana-kemari dengan sangat bersemangat, pinggiran ranjang, kolong meja, laci-laci meja belajar, saku baju dan celana sekolah, sampai setiap sudut di dalam tas pun kami cari, hingga akhirnya kami mendapatkan cukup uang untuk membeli satu porsi martabak telur saja.

Namun sekarang, setiap kali aku teringat hal tersebut, hatiku sedih sekaligus terharu, menyaksikan bagaimana kedua orangtuaku tetap bisa survive dan menghidupi keempat anaknya di tengah-tengah kondisi yang sangat tidak nyaman. Pengharapan mereka akan Tuhan yang selalu menyediakan apa yang hamba-Nya butuhkan pasti sangatlah besar sampai tak terhingga.

Lewat kedua orangtuaku, aku belajar banyak hal tentang ups and downs kehidupan, bahwa hidup tak akan selalu di atas, tapi juga tak mungkin selalu di bawah. Lewat kejadian-kejadian yang terjadi dalam keluargaku, aku belajar bahwa segala hal yang terjadi selalu punya peran untuk mengajarkan kita sesuatu, entah untuk diterapkan saat ini juga ataupun sebagai pegangan hidup di keesokan hari.

Hari-hari ini, seringkali aku mendengar cerita orang-orang lain yang kurang lebih sama seperti yang kurasakan bertahun-tahun lalu dan aku bersyukur pernah melewati proses-proses tersebut dalam kehidupanku walaupun mungkin cerita dan responku tak selalu seperti yang orang-orang harapkan.

But at least, i always know and believe that every things happened in our life, will bring us into a better person if we walk it the way He want us to walk.

Comments

Popular posts from this blog

Bersiap

Selamat Ulang Tahun

Rangkaian Aksara Untukmu.