A Life Cycle: What I Called Overflow

Picture from Pinterest

Mei 2017, aku mengikuti sebuah tes tertulis salah satu perguruan tinggi ternama untuk kembali melanjutkan kuliahku ke jenjang pendidikan yang berikutnya di tahun ini. Banyak hal yang terjadi selama aku mempersiapkan diri mengikuti tes. Mulai dari mencari-cari contoh soal di internet, mencoba menjawab soal-soal yang sangat tidak familiar buatku karena basic jurusan yang ingin aku ambil adalah IPS dimana basic jurusanku adalah IPA.

Belajar pelajaran yang dipelajari anak SMA selama 3 tahun berturut-turut dalam kurang lebih dua bulan bukanlah hal yang mudah. Belajar pelajaran yang sama sekali asing buatku ternyata butuh effort yang sangat banyak, bukan hanya sekadar review materi saja, namun benar-benar belajar dari nol. Setiap hari, begitu jam pulang kantor tiba, aku akan cepat-cepat membereskan barang-barangku lalu meninggalkan kantor secepat mungkin untuk melanjutkan belajar di kost. Bahkan sesekali aku membawa soal-soal latihan ke kantor untuk kukerjakan di sela-sela waktu kosongku.

Tak terasa, hari "peperangan" telah tiba. Aku mulai throwback ke masa-masa beberapa tahun lalu dimana aku pernah berjuang jauh lebih dari ini saat akan menduduki bangku kuliah. Tak banyak yang berubah, suasana berjuang untuk ujian tertulis tidak memudar ditelan waktu, wajah-wajah peserta ujian terlihat tegang, mungkin sambil menerka-nerka soal apa yang kira-kira akan keluar.

Ujian berjalan dengan baik dan aku pun meninggalkan ruangan dengan sukacita. Tak banyak yang yakin ku jawab dengan benar karena maksud soal sangatlah ambigu, namun aku berserah akan apa yang telah ku kerjakan.

Juni 2017, aku mengikuti sebuah audisi vokalis di gerejaku. Tanpa persiapan dan ekspekstasi apa-apa sebelumnya karena aku benar-benar tidak menyangka akan diadakan recruitment di departemen tersebut. Sebuah pergumulan yang tidaklah mudah, hingga akhirnya aku memantapkan diri untuk ikut audisi online di tahap pertama.

Mengingat kembali pelajaran-pelajaran dan teknik-teknik bernyanyi yang pernah ku pelajari selama aku ikut kelompok paduan suara di kampus dulu terasa seperti nostalgia. Tak hanya itu, aku juga harus menjaga makanan dan minuman apa saja yang aku konsumsi.

Waktu bergulir begitu cepat hingga tibalah waktunya aku akan rekaman dengan salah seorang Kakak gitaris yang membantu mengiringi lagu yang kunyanyikan. Semuanya berjalan dengan baik mulai dari persiapan, sesi rekaman, hingga registrasi audisi.

Juli 2017, aku belajar hal baru tentang "overflow" atau "kelimpahan". Suatu konsep dan cara pandang yang baru bagaimana diriku sendiri memaknai "kelimpahan" dalam kehidupanku. Ku lihat sekelilingku, rasanya tak ada satu hal pun yang ku punya secara fisik dapat kuberi label "berlimpah", hingga suatu malam, ketika aku sedang dalam perjalanan pulang menuju kost, pikiranku seperti di rewind ke masa-masa di dua bulan terakhir kehidupanku, bagaimana aku menjalani banyak proses di setiap hariku, bagaimana aku tetap bisa survive terhadap apa yang sedang aku alami, dan bagaimana aku tetap bisa bersukacita menjalani hari-hariku ke depannya tanpa takut.

Mungkin di awal perjuanganku untuk ujian dan audisi, yang menjadi harapanku adalah lulus dan melanjutkan tanggung jawab yang baru dengan kelulusan-kelulusan yang aku dapatkan. But then, i realized that overflow is more than that; it's when i get something over i've asked for, from the inside out; bagaimana aku tetap bisa mengikuti proses-proses yang ada dengan sukacita, bagaimanapun hasilnya: that's what i called overflow.

Comments

Popular posts from this blog

Bersiap

Selamat Ulang Tahun

Rangkaian Aksara Untukmu.