End of Everything?

Kita bertemu tidak selalu dengan cara yang sama. Kau menemuiku dengan caramu dan aku menemuimu dengan caraku, yang masing-masing tidak kita ketahui. Bertemu dalam diam, hanya sekedar melihat apakah kita baik-baik saja atau tidak.

Kemudian setelah saling bertemu, kita kembali menjalani rutinitas keseharian kita sendiri-sendiri dengan cara yang kita anggap benar. Tak ada yang spesial dari setiap pertemuan itu, terlebih lagi tak ada komunikasi diantaranya.

Akan tetapi kita survived. Mungkin terlalu kasar bila diartikan dalam bahasa indonesia, namun itulah kenyataannya. Proklamasi tentang "aku tak bisa hidup tanpamu" kini hanyalah omong kosong. Tak sejalan dengan apa yang kita proklamirkan selama bertahun-tahun.

Bertahun-tahun. Ku ulangi lagi kata itu agar kita sama-sama mengingat sudah berapa ratus hari kita lalui bersama.

Berdua.

Tapi, ya sudahlah.

Sepenglihatanku, semuanya sudah berakhir. Kita, tak lagi menjadi kita. Kau jalani harimu dengan baik, setidaknya yang aku lihat begitu, ku jalani hariku dengan semua hal yang aku rasakan sendiri, tanpa seorang pun tau.

Sebelum ku akhiri pertemuan kita hari ini, aku ingin menanyakan sesuatu padamu, tentang apa yang selama ini tak pernah kutemukan dalam pencarianku, tentang semua tanya yang ada dalam otakku, tentang hubungan yang mengapa harus terjalin lama namun berakhir tragis dalam waktu singkat.

"Jika waktu dapat diputar kembali ke satu hari sebelum hari pertemuan kita, apakah kamu akan tetap membiarkan dirimu jatuh hati pada orang sepertiku, lagi?"

"Mengapa?"

Comments

Popular posts from this blog

Bersiap

Selamat Ulang Tahun

Rangkaian Aksara Untukmu.