AKU (tetap) (tidak) SEMPURNA

Aku berjalan menyusuri malam yang sedang menangis. Tanpa kasut. Tanpa payung.

Ku pijakkan kakiku dengan mantap di atas pinggiran trotoar jalan. Mengikuti alurnya dengan kepala tertunduk.

Sesekali ku angkat pelan kepalaku, menoleh sedikit ke arah suara mereka yang dengan seenaknya melaju dengan kencang di sampingku sambil menyipratkan air berwarna coklat yang tergenang di sepanjang jalan.

Ingin sekali ku balas mereka dengan teriakan keras tapi aku tak mampu. Aku bisu.

Sambil mengomel kecil di dalam hati, ku miringkan sedikit kepalaku hendak mendengar suara yang agak asing bagiku.

Aku menebak-nebak suara apa yang saat ini mendekatiku dan mungkin juga akan menyipratku dengan tak berperasaan.

Aku melangkah turun dari trotoar jalan dengan feeling yang cukup kuat. Aku memang lumayan mahir melakukan hal ini. Semacam kebiasaan.

Ku sendengkan lagi telingaku namun aku tak mendengar apa-apa. Deru 'benda bergerak-tak tertebak' itu mendadak lenyap.

Hingga tiba-tiba aku merasakan pundakku di sentuh oleh seseorang yang kemudian aku tau bahwa ia adalah seorang laki-laki.

"Nama kamu siapa?"
Aku diam.
"Ngapain malam-malam jalan sendirian begini?"
Aku tetap diam dengan tatapan lurus ke depan.

"Hei. Kamu dengar aku?"
"Hm." Jawabku sambil mengangguk.
"Kalo gitu pandang aku sekarang. Aku disebelahmu, bukan di depanmu."

"Aku buta."

Comments

Popular posts from this blog

Bersiap

Selamat Ulang Tahun

Rangkaian Aksara Untukmu.