(ini bukan) Bullshit.

"Selamat malam, Kamu. Mungkin saat ini kamu sudah tidur, walaupun aku berharap belum. Ku coba menghubungimu namun jawab tiada menyapa. Ini mungkin cara paling primitif yang kerap kali ku lakukan, tapi kali ini aku ingin benar-benar bercerita sesuatu.

Hari ini aku ujian, ku rasa aku gagal. Sama dengan kegagalanku memahamimu, kan? Maafkan aku.

Sejujurnya aku pun kurang mengerti, bagaimana hal ini dapat terjadi akanku. Aku hanya belum menjadi pakar kesehatan, maka semuanya ini terasa kelabu.

Aku terlalu takut akan vonis, walau aku tau sungguh bahwa vonis tak akan mampu mengambil nyawaku, kan?

Aku sungguh tak merasa perubahan yang berarti dalam diriku, awalnya ku kira aku hanya terlalu lelah sehingga aku tertidur. Namun hal ini seringkali terjadi belakangan ini. Lelahku lenyap, namun kantuk senantiasa menyertaiku.

Aku teringat ibuku. Ia dahulu pernah mengalami hal seperti ini. Beberapa waktu lalu, aku sempat memeriksakan mataku sebelum aku mengambil tindakan untuk mengunjungi dokter saraf dan ternyata benar dugaanku, walaupun memang belum pasti, tapi ada sedikit penambahan minus di mataku.

Berulang kali aku di tegur untuk tidak terlalu banyak mengonsumsi gula, bahkan oleh dosenku. Tapi kamu tau kan kalau aku suka manis?

Aku takut seperti ibu. Aku takut sakit.

Aku benci sakit.

Aku benci tubuhku yang akan menjadi lemah kian harinya yang pada akhirnya selalu saja menjadi penyebab utama aku tertidur tanpa disadari.

Ujianku kacau. Aku tak pernah bisa bertahan membuka mata untuk melihat sebagian materi ujianku keesokan harinya.

Berulang kali ingin ku katakan, tapi aku tak ingin kamu menganggapku 'bullshit' lagi ketika ku sampaikan bahwa 'ketiduran'ku belakangan ini bukanlah ketiduran karena lelah yang ku pikul.


Maafkan aku, jika di matamu aku adalah orang paling keji sedunia. Aku tau. Aku juga tak akan menyalahkan rasa kantuk dan sakit kepalaku akhir-akhir ini.

Memang aku yang salah, sudah seharusnya aku tak memintamu mengorbankan waktumu untuk tidak tidur sementara aku dengan enaknya tertidur pulas hingga pagi.


Maafkan aku. Ini bukan sebarisan alasan mengenai kesedihanmu yang kerap kali terukir karenaku, bukan. Aku hanya ingin menceritakan ketakutanku.

Aku hanya tak ingin sakit. Aku tak ingin membuatmu dan keluargaku repot karena harus memperhatikanku. Aku juga tak butuh perhatian hanya karena aku sakit, sekarat, dan hampir mati.


Mengenai usaha yang aku lakukan, aku sudah mengurangi konsumsi gula yang masuk dalam tubuhku, tenang saja, aku tak akan merepotkanmu dengan cara membuatmu khawatir akanku kok. Aku hanya butuh di dengar saja, awalnya, yaaa walaupun berakhir tanpa kesediaan darimu.

Selamat beristirahat, aku tau kamu lelah diselimuti duka yang kerap kali ku selimutkan di tubuhmu.



Pantaskan aku menerima doamu, jika pun kurang pantas, doakanlah aku sebagai orang asing yang kamu temukan entah dimana - seperti kamu bisa berlaku baik dengan orang-orang yang bahkan tak pernah kamu temui."

Comments

Popular posts from this blog

Bersiap

Selamat Ulang Tahun

Rangkaian Aksara Untukmu.