Me(di)lawan Kepahitan.

Surat ini ku tujukan kepadamu bersamaan dengan derasnya hujan di balik jendela kamarku. Menghantarkan kembali tumpukan rindu yang tak sengaja teronggok di balik badan.

Tak henti-hentinya aku mengutarakan rasa rinduku akanmu. Baru ku sadari lagi kini, memendam itu sakit ya? :')

Tanpa sadar ku kenakan lagi kemeja pink yang waktu itu ku pakaikan di badanku di kala kita bepergian. Aku rindu. Menggenggam tanganmu tanpa batas. Menatap wajah lelahmu yang tetap saja terpancar bahkan ketika kauberusaha untuk menutupinya.

Kini aku sedang duduk di hadapan kita, kita dalam bingkai. Pigura polosnya menunjukkan betapa tulusnya senyum yang kau berikan. Aku tau.

Memandangimu memang selalu menyenangkan dan menenangkan hati, Sayang. Seolah tanganmu sedang menggenggam tanganku sambil berbisik bahwa segala hal buruk pasti akan segera berlalu.

Ingin rasanya ku ikat semua hampa ini erat-erat dan membawanya ke depanmu, agar pelukmu menghancurkannya dan menciptakan ketenangan-ketenangan baru untukku.

Sayang, ini adalah hari ke-37 sejak kepergianku, hari ke-sekian sejak aku lebih banyak di biarkan sendiri dibanding kautemani.

Benarkah hatimu sudah benar-benar mampu memaksaku keluar dari dalamnya?

Sayang, aku ingin katakan sesuatu, mengenai kita, mengenai apapun yang pernah kita harapkan bersama; aku rasa aku harus mulai belajar melawan kepahitan.. jika tidak, aku yang akan jadi korbannya terus-menerus.

Jaga dirimu baik-baik, Sayang. Jika suatu kali aku marah akanmu, kautau itu tanda sayang dariku, kan? :')

Comments

Popular posts from this blog

Bersiap

Selamat Ulang Tahun

Rangkaian Aksara Untukmu.