Musi-k-awan, Luk-a-sam

Alunan musik kini satu-satunya kawan. Mampu melantun nada tanpa kenal lelah. Sedia menjadi kekasih di sela-sela sepi yang mengintai. Kemana perginya yang lain?

Menurutnya adalah bahagia berkawan musik, atau nada. Pada dasarnya orang yang dibutuhkan untuk mewarnai hari, tak akan benar-benar ada, sama seperti orang yang diharapkan membalut luka, tapi yang dipunya hanyalah tangan berlumur asam. Lantas, dipikirnya ia akan selamat.

Hidup ini luar biasa. Dia pikir, musik hanyalah untuk berbahagia. Jelas tidak. Dia pikir lagi, tangan berlumur asam yang menetes di atas luka adalah sengsara. Tidak juga. Semua tergantung kebutuhan.

Jika masih ingin tetap hidup, musik adalah kawanmu. Jika yang dianggap bahagia adalah mati, maka biarkan lukamu dibalut dengan tangan berlumur asam.

Hanya: hidup, atau mati.

Comments

Popular posts from this blog

Bersiap

Selamat Ulang Tahun

Rangkaian Aksara Untukmu.