Tanpa Definisi

Lama rasanya aku tak berkelana menjelajahi liarnya ibukota seorang diri, seperti yang sering kulakukan bertahun-tahun lalu. Ngilunya masih sama, seperti pertama kali kurasakan udara malam ibukota yang penuh polusi. Gemericik hujan di teras rumah menjadi kawanku malam ini, musim penghujan tampaknya akan segera tiba dalam waktu dekat.

Kali ini aku tidak sedang memunggungi kenyataan seperti yang kerap kali kulakukan, mungkin mencoba tegar sesekali bukanlah hal yang salah, maka aku memberanikan diri, melawan segala kuatirku untuk menyaksikan apa saja yang terjadi dibalik punggungku.

Ada yang lebih memilih diam, karena mereka tahu, diam adalah bahagia yang tidak disertai intimidasi.

Mereka diam, agar mulut orang-orang juga ikut bungkam. Mereka diam, karena tak selamanya suara menghasilkan persetujuan. Mereka diam, karena cibiran adalah pembunuh kebahagiaan.

Malam ini kunikmati rerintikan air hujan yang ramai mengetuk-ngetuk atap, bergelut dengan pertanyaan tentang definisi yang sedang marak dilontarkan orang banyak terhadap mereka.

Dan mereka tetap diam, tak menjawab, memilih bahagia tanpa kehadiran definisi, karena jika definisi hadir hanya untuk membawa perpisahan, mungkin memang sebaiknya definisi tak pernah ada.

Comments

Popular posts from this blog

Bersiap

Selamat Ulang Tahun

Rangkaian Aksara Untukmu.