Aku Rindu Rumahku.

Ku pandangi indahnya sinar rembulan yang menerangi malamku kali ini. Aku, yang berkali-kali merindu di tempat antah berantah ini, kembali ingin pulang.

Ini baru hari ke-7, Sayang, dan aku seperti mau mati rasanya. Aku kehilangan jiwa, kehilangan separuh napas yang terbang entah kemana.

Mungkin aku bukanlah seorang hebat yang selalu mampu berusaha menahan diri dan melawan semua rindu yang menggerogoti habis tubuhku yang lemah ini.

Aku, seperti yang sering kali ku ungkapkan, bukanlah seorang kuat. Aku lemah. Bagai ranting patah yang kemudian terkulai.

Aku rindu rumahku. Berapa lama lagi aku harus berada jauh dan terasing seperti ini?

Mimpi buruk demi mimpi buruk kerap kali menjadi selimut yang membungkus malam-malamku. Mencekik leherku hingga tersengal napasku.

Jika jarak memang bisa di bunuh, lantas alat setajam apa yang mampu menghabisi nyawanya?

Jika jarak memang pantas di lawan, lantas kutuk apa yang akan terima kala kita melawan jarak?

Aku rindu rumahku, Sayang. Aku rindu rumah, tempatku berlindung; keluargaku dan kamu.

Aku rindu kalian, sesederhana dan sejujur itu.

Sayang, jika jarak memang bisa di musnahkan, apakah nantinya akan ada oknum pencinta jarak yang diam-diam membangun penangkaran jarak agar ia tak musnah dan tetap ada?

Sayang, aku ingin pulang. Mendekap erat kamu, memeluk erat rumahku. Aku lelah diselimuti mimpi buruk tentangmu, tentang keluargaku, tentang tempatku berpulang; tentang kalian. Aku lelah.

Comments

Popular posts from this blog

Bersiap

Selamat Ulang Tahun

Rangkaian Aksara Untukmu.