Lekas Sembuh, Sayang <3

Engkau yang selalu mampu membuatku tersenyum, aku ingin menguji keahlianku dalam merajut kata, untukmu.

Disaat udara yang ku hela tak lagi semurni dulu - saat kita belum mengenal apa itu jarak.

Aku ingat betul hari dimana kita menangis bersama, entah apa yang kita tangisi waktu itu.

"Aku bangga punya kau." Sayang, ku peringatkan; walau ku tau menelan kembali ludah yang telah di keluarkan itu adalah suatu kejijikan; aku ingin kaulakukan hal itu sekarang, sebelum kaumenyesal pernah mengatakan hal tu, sebelum aku bermegah diri atas pujian surga dari bibirmu.

Mungkin waktu itu kautak menemukan kata yang tepat untuk mengungkapkan rasamu, maka kaumenggunakan kalimat itu.

Aku tak pernah berkorban apa-apa untukmu, kan? Lalu mengapa kaukatakan kau bangga akan aku?

Sayang, sembari menunggu senja menyapa hariku, aku menunggumu selesai dari kesibukanmu, menantikan perhatianmu yang acap kali direbut oleh makhluk tak bernyawa bernama kesibukan.

Ku dengar kausakit. Jangan sakit lagi, Sayang. Lututku lemah. Badanku bergetar hebat. Aku benci mengetahui kausakit.

Sayang, biarkan aku menghabisi hari ini dengan menelan sang rembulan bulat-bulat, menenggak air mata langit yang memabukkan.

Agar tak perlu lagi ku kunyah kesedihan mendalam ini.

Sayang, maafkanlah aku, tak mampu menggenggam tanganmu yang beku karna dinginnya malam, memeluk ragamu yang habis di gigiti deru angin.

Lekas sembuh, Sayang.

Aku,

Calon Dokter (kelak)

Comments

Popular posts from this blog

Bersiap

Selamat Ulang Tahun

Rangkaian Aksara Untukmu.