Surat Tanpa Nama dalam Pangkuanmu.

Tanpa mengurangi rasa hormatku akan dikau, ku hantarkan lagi surat tanpa nama ini ke pangkuanmu; yang kian hari kian rapuh menunggu senja.

Kabarku baik, bagaimana denganmu? Ah, aku yakin kaubaik dan akan selalu baik.

Kaukah itu yang rindu akan aku? Masihkah namaku kausebut dalam setiap doamu?

Di kala setumpuk makhluk mati bernamakan laporan harus segera di kemas rapi, aku lebih memilih untuk masuk menelusuri rasaku yang paling dalam, yang diam-diam ku sembunyikan di palung terdalam dari hati.

Gelak tawamu mengalir bersama air mataku. Ya, rupanya kausangat berarti.

Ibu, bilakah aku akan pulang? Aku ingin kita kembali merajut kenangan bersama, lebih banyak kian harinya.

Ayah, apakah masih ada waktu untukku menantikanmu di teras rumah hingga kaumembukakan pintu untukku, gadis kecilmu yang sekarang telah beranjak dewasa ini?

Ku harap masih.

Kerutan di wajahmu, kala itu akan menebal, aku ingin akulah yang menjadi saksi pertamanya. Melihat betapa sungguh-sungguhnya kalian berusaha mempertahankan nyawaku.

Aku rindu kalian; kalian yang tangannya menjadi kasar hanya untuk memeras keringat demi sepasang sepatu baru di kaki kecilku.

Terima kasih untuk tetap bertahan mengurusiku, untuk tetap bertahan melawan lelahmu demi segelas susu untukku. Terima kasih telah berbagi cinta denganku, hingga aku kini kepenuhan akan cinta dan kekaguman akan engkau.

Tertanda,

Gadis kecilmu, dulu.

Comments

Popular posts from this blog

Bersiap

Selamat Ulang Tahun

Rangkaian Aksara Untukmu.