Wanita Pejuang Cinta.

Pejuang Cinta,

Apa kabar, kamu, wanita yang dulu pernah berbagi tawa denganku tanpa kenal waktu?

Surat ini kutuliskan untukmu bersamaan dengan ribuan jarak yang terbentang antara kita, kini.

Apa yang terjadi denganmu? Hinakah aku hingga kautak sudi memalingkan wajahmu ke arahku?

Aku lelah menjadi aku, seorang yang tak pernah berjuang apa-apa ini. Aku pernah tau tentang perjuangan tiada henti; darimu; kauyang mengajarkannya padaku, dalam diam.

Cinta harus diperjuangkan, katamu. Lantas kauberjuang merebut cinta yang kata kebanyakan orang mampu menghidupkan segala yang mati, mengalirkan darah pada tulang yang mengering, menggerakkan bola mata pada ruang kosong.

Aku belajar satu hal darimu, kegigihan yang kaumiliki mampu membuatku bertahan hingga kini, mampu membuatku mengerti apa itu cinta; pantas atau tak pantas di perjuangkan.

Kauyang kini ku sebut pejuang, aku bersyukur pernah mengenalmu. You save me. Kaumemang baik.

Bertahanlah, wanita pejuang cinta. Aku mengerti cinta yang kauperjuangkan takkan pernah salah. Cinta tak salah, cara kita mengartikan dan memperlakukan cinta itu yang kerap kali salah.

Cinta bukan soal nafsu. Bukan soal birahi yang menggebu. Cinta berbicara soal kebutuhan, cinta berbicara soal kelengkapan, cinta berbicara soal perjuangan.

Perlakukan cinta bak emas, sulit mendapatnya, tak rela melepasnya.

Peluk cintamu, pegang erat tangannya, lalu tanamkan pada keturunanmu selanjutnya bahwa cinta butuh perjuangan.

Semoga persalinanmu lancar, katakan padanya, lelaki yang kausebut suami kini, agar ia selalu disampingmu, menggenggam erat tanganmu kala kauharus berjuang kembali nanti; hidup atau mati.

Titipkan salamku pada buah hatimu kelak, kenalkan aku sebagai aunty yang kurang berjuang akan cinta, tapi percayalah, wanita pejuang cinta, kali ini, aku akan berjuang akan cinta, agar aku tak harus disegani karna direbut cintanya.

Kaumemang layak ku sebut pejuang cinta; terima kasihku ku kirimkan padamu, kaumenyelamatkan cintaku untuk orang yang pantas, kaumenyelamatkan rahimku dari tendangan sepasang kaki mungil bayi tak berdosa. Tak ada kata yang pantas ku ucapkan selain ucapan terima kasih.

Teruskan perjuanganmu, wahai pejuang cinta, teruslah berjuang demi cinta, demi sebuah mungil mulut yang kelak akan memanggilmu Mama.

Tertanda,

Wanita Yang Kauselamatkan Rahimnya.

(Dedicated to Rosinta Theresia.)

Comments

Popular posts from this blog

Bersiap

Selamat Ulang Tahun

Rangkaian Aksara Untukmu.