Ada Aku, Di Kopi Pahitmu.

Selamat siang, penikmat kataku, bagaimana harimu sejauh ini? Tidakkah mereka lebih lezat dari racikan kataku yang tak ada apa-apanya ini? Aku mengerti.

Bagai deru air mancur yang tak jarang ku abaikan, begitu pula aku, yang terbenam dalam kubur sibukmu.

Kau sesap kopimu pagi ini, masih pahit. Kautambahkan lagi beberapa sendok gula berharap kopimu akan manis; sirna, harapanmu terlalu tinggi.

Kopi itu, kini ku umpamakan sebagai kesibukan; yang mau tak mau harus kausesap walau rasanya sangat pahit, yang mau tak mau harus kaudahulukan walau tenggorokanmu dilanda kemarau.

Sayang, tak bisakah kaulupakan kopi itu sejenak? Aku, yang ku umpamakan gula, tak mampu melawan kopi yang begitu pahit. Aku, yang ku umpamakan gula, dipaksa menyatu dengan kopi dan akhirnya larut menjadi satu. Aku, yang ku umpamakan gula, menangis tersedu menahan sakit - dipaksa meleburkan diri dalam kepahitan.

Guna tak ada lagi, karena ketika pun kauingin meninggalkan kopi itu, kaujuga berarti meninggalkanku yang sudah menyatu dengan kopimu. Ku harap kaubahagia, Sayang, sesaplah kopimu, aku ada disana.

Comments

Popular posts from this blog

Bersiap

Selamat Ulang Tahun

Rangkaian Aksara Untukmu.