Aku, Di Antara Nafas Yang Memburu

Kakiku berlari mendahului langkah dan bayangku yang masih tertinggal jauh di belakang. Rupanya ia masih begitu bersemangat ku ajak berlari.

Tanganku bergerak seirama langkahku yang perlahan melambat. Nafasku memburu. Berebut masuk ke paru-paru.

Aku tau apa yang ku cari. Mataku melacak dengan cepat mengungguli kecepatan butir hujan yang sedari tadi membasahi rambutku, menemani kakiku berlari.

Aku terduduk, maksudku tak benar-benar duduk, hanya mensugestikan diriku duduk agar nafasku tak terlalu susah di atur, agar ia tak lebih cepat dari detak jantungku sehingga mampu meninggalkan tubuhku. Aku masih memerlukannya.

Aku mengumpat ngga jelas kala kakiku yang sudah lebih dulu meninggalkan langkahku terantuk potongan besi di gudang. Entah dengan apa aku merasa.

Akhirnya mataku menangkap sesuatu bak kopasus menjaring teroris dalam jaring jebakan yang mereka rajut.

Aku merindukanmu. Selalu.

Air mataku ikut ambil bagian, ia tak puas jika hanya air hujan yang membasahiku sore itu.

Aku; yang ketika menuliskan ini, nafasku pun tak sadar memburu cepat.

Comments

Popular posts from this blog

Bersiap

Selamat Ulang Tahun

Rangkaian Aksara Untukmu.